Saturday, May 7, 2016

Appendicogram (Rontgen untuk Memotret Kondisi Usus Buntu)



Menjalani Appendicogram

Jujur awalnya saya bingung mesti mulai nulis darimana, cuma yang saya ingin tulis ini gak berbau ilmiah, definisi atau hal-hal formal yang terkait penyakit ya. Saya hanya ingin berbagi, sedikit berkontemplasi mungkin...bahwa penyakit bisa datang kapan saja, sesehat apapun kita menjaga gaya hidup sehari-hari. Kadang penyakit gak selalu terdeteksi (atau memang gak bisa terdeteksi) dari pemeriksaan kesehatan rutin atau cek lab rutin. Banyak kan penyakit yang memang baru ketahuan setelah sakitnya sudah parah atau sudah memasuki stadium sekian, yaa karena di awal penyakit tersebut muncul di tubuh kita, tak ada gejala, tidak menunjukkan sesuatu hal yang membuat kita ingin periksa ke dokter. Beberapa penyakit tertentu seperti kanker dan tumor baru terasa, atau ketahuan setelah penyakit itu menjadi kronis atau akut. Hmm

Satu hal lagi, sebenarnya saya males banget buat nulis hal berbau pribadi di blog saya, tapi setelah saya baca berbagai blog atau cerita orang yang pernah mengalami hal ini, dan dukungan beberapa teman. Saya jadi terdorong untuk sekedar berbagi, yang mudah-mudahan bisa menyadarkan siapapun untuk lebih aware akan kesehatannya. 


Apa....positif radang usus buntu? Dueng, dunia saya seakan berputar, jagad raya ini bergetar di pikiran saya. Meskipun saya punya feeling ada sesuatu yang berbeda di tubuh (perut) saya, agak shock juga lho ketika hasil radiologi (appendicogram) mendukung dugaan itu di penghujung bulan April lalu. Malah sebelumnya, saya sempat berpikir jangan-jangan ada cacing besar yang berjalan-jalan dalam perut saya hehehe aneh ya. Gejala nyeri-nyeri di perut bagian kanan bawah memang rancu. Buat perempuan, gejala semacam itu acapkali mirip dengan gejala penyakit di bagian ovarium atau indung telur.

Buat saya, penyakit ini seperti ‘teguran’ Tuhan agar saya lebih dan lebih lagi berhati-hati menjaga tubuh, dan organ-organ lainnya yang sudah dipinjamkan untuk menjalani kehidupan di dunia yang fana ini.  Kita sebagai manusia kan hanya bisa berencana, berusaha dan berdoa. It happened, for sure!

Penyakit semacam ini gak ketahuan lho sama hasil medical check up rutin yang sempat saya jalani dua kali, sekitar 3-4 tahun yang lalu. USG (UltraSonography) juga tidak selalu membantu, karena posisi usus buntu ,yang sering disebut umbai cacing ini, letaknya cukup tersembunyi dibalik organ usus besar dan organ lainnya. Sebelumnya, saya sering merasakan nyeri di perut bagian kanan bawah dalam 2-3 bulan terakhir.  Seingat saya, nyeri sudah terasa, sering timbul tenggelam sejak setahun yang lalu. Saya sendiri juga gak tau persis apakah proses usus buntu meradang ini memang membutuhkan waktu bertahun-tahun? Atau apa bisa, radang usus buntu terjadi dalam waktu yang singkat? Hanya butuh beberapa bulan atau beberapa minggu saja. Menurut pemikiran saya, penyakit-penyakit semacam ini butuh waktu yang agak lama sih.

Menjalani tes radiologi (appendicogram), membuat semuanya menjadi lebih jelas dan akurat. Pasien diminta untuk meminum cairan bubuk barium pada tengah malam sebelum dirontgen. Nah kalau usus buntu kita normal, maka hasil radiologi tersebut akan berwarna putih, yang tandanya cairan berhasil memasuki usus buntu. Bila hasilnya gelap (hitam), tidak ada warna, berarti ada sesuatu hal, benda atau zat (massa) yang menghalangi cairan tersebut masuk ke dalam usus buntu kita.

 


Dugaan Penyebab Radang Usus Buntu

Saya pribadi memang suka makanan pedas, tapi yaa gak gila-gila amat. Kalau makan sambal, bijinya pasti saya buang, cuma dicocol-cocol aja. Jambu biji malah gak pernah, gak doyan sama sekali, kecuali jus jambu yang bijinya udah dibuang ya. Dari beberapa sumber, cerita orang, atau  blog yang saya baca di internet. Kebanyakan orang mempertanyakan apakah riwayat atau kebiasaan suka makan cabai atau jambu biji memicu radang usus buntu. Banyak yang beranggapan bahwa hal tersebut hanya mitos, namun bisa jadi benar adanya pada beberapa kasus. Dari beberapa kajian mahasiswa keperawatan yang saya baca, diduga kuat biji-bijian yang kita konsumsi sulit dicerna organ pencernaan di dalam tubuh. Jadi,menurut analisis (asumsi) saya pribadi nih, makanan yang bentuknya keras atau padat seperti kacang, keripik, dan semacamnya bila tidak terkunyah dengan halus, membuat organ pencernaan di dalam tubuh bekerja ekstra keras dan tak selalu mampu diserap tubuh, sehingga dapat memicu terjadinya radang usus buntu.


Dari ulasan dokter yang saya baca di internet, dan dokter umum tempat saya periksa, umumnya usus buntu terisi sisa makanan yang tidak terserap oleh usus besar. Bisa jadi, bila ada suatu masa dalam hidup kita, dimana kita kurang mengonsumsi buah-buahan atau sayuran sehingga sistem pencernaan kurang berjalan lancar, dapat membuat sisa makanan masuk ke usus buntu tersebut. 

Bahkan dokter umum tempat saya memeriksakan diri sempat bolak-balik bertanya, “Kamu suka ngopi? ”......gak pernah dok, jawab saya. “Kalau nge-Teh iya saya doyan banget, hampir tiap hari”. Cuma saya males nanya lebih jauh karena gak relevan sama kebiasaan saya hehehe. :)
Saya mikir aja mungkin yaa, dari sekian pasien yang ditangani dan menderita radang usus buntu, bisa jadi banyak pasiennya yang punya kebiasaan minum kopi. Apakah kafein yang terkandung dalam kopi sulit tercerna....well tentu perlu pembuktian ilmiah. 

Yaa semua ini memang dugaan kuat penyebab umum radang usus buntu. Lha kalau misalnya seumur hidup kita hidup sehat, selalu makan buah sayur setiap hari, gak pernah makan yang neko-neko, terus tiba-tiba kita kena radang usus buntu atau suatu penyakit. Kita mau bilang apa...memang sudah takdir-NYA. Sama halnya kita mempertanyakan ada seseorang yang  suka merokok tapi sehat-sehat saja (kelihatannya), satu perokok lainnya terkena kanker paru. Nah, kita kan gak bisa menyalahkan siapapun. Lha wong sudah takdir, jalan hidup.


Contoh ekstrim lain, mungkin ada pasangan suami istri yang sudah menjalani pemeriksaan kesehatan menyeluruh, dinyatakan sehat normal dan tak ada gangguan sama sekali, tapi kok sudah menikah 10 tahun belum juga dikarunia anak? Inilah maksud saya, ada hal-hal diluar nalar atau kemampuan akal kita, yang tidak pernah bisa dijangkau manusia, bahwa ada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang memiliki seluruh alam dan ciptaan-Nya.  Semoga gak terdengar terlalu religius yaa dan gak ada maksud sama sekali menceramahi pembaca blog saya. This is my personal view. Harapannya supaya teman-teman bisa lebih aware dan jaga kesehatan aja kok. 

Saya hanya mencoba menelaah berbagai hal yang terjadi disekeliling saya dan kebetulan saya juga mendapat cobaan penyakit ini. Tentu, saya pasrah berdoa semoga bisa kembali sehat bila nanti sudah menjalani operasi usus buntu. Pasrah Bongkok’an kalau orang Jawa bilang. Hihi..

Tapi lagi-lagi, penyebab pasti usus buntu meradang masih menjadi terkaan, menduga-duga. Saya sendiri belum menemukan bacaan atau penelitian yang khusus membahas soal penyebab usus buntu dan serba-serbinya. Dalam arti penelitian ilmiah, yang bisa menggambarkan bagaimana riwayat makanan seseorang sehingga ia bisa menderita radang usus buntu, bagaimana metabolisme pencernaannya. Kalau ada penelitian ilmiahnya tolong kasih tau saya yaa, saya mau baca. Soalnya menurut saya gak mudah melakukan obyek penelitian dengan tema semacam ini, tentu perlu waktu yang panjang dan biaya yang gak sedikit. Agak sulit memang, atau mungkin ide ini bisa jadi topik penelitian mahasiswa kedokteran yaa...ya sapa tau ada anak kedokteran yang membaca blog saya :) .  Lain halnya kalau tema penelitian lebih sederhana seperti pengaruh pemberian antibiotik terhadap pasien usus buntu pasca operasi. Intinya sih, bagaimana tubuh kita merespons makanan atau asupan itu berbeda-beda buat setiap orang, gak bisa disamaratakan.

Satu hal yang pasti, ketika kita lebih mengenal organ tubuh dalam, sering baca buku mengenai kesehatan atau hal-hal yang terkait dengan kondisi tubuh. Pasti kita akan semakin sadar dan semakin sayang sama tubuh kita. Seperti halnya dokter mengingatkan untuk mengunyah makanan sampai halus, sehingga organ pencernaan dalam seperti lambung, usus halus, usus besar,  pankreas, hati, kantung empedu tidak bekerja ekstra keras untuk menghaluskan dan mengolah makanan yang kita konsumsi. Ini nih yang saya rasa belum banyak kita sadari. Bener yaa kata orang tua zaman dahulu, kalau makan jangan buru-buru ditelan, kunyah dulu sampai benar-benar halus...Nasehat jadul yang ampuh buat semua orang, bukan cuma buat balita lho...


sumber: www.ebiologi.com


It’s About Caring Your Body

Nah, satu hal lagi, di Asia atau di Indonesia mungkin alat kedokteran yang canggih banget belum ada, kalaupun ada pasti biaya pemeriksaannya bisa selangit. Saya ingin menggambarkan seperti halnya aktris Angelina Jolie yang  secara sadar melakukan serangkaian tes pengujian genetis di Amerika sana, sehingga ketika dokter menemukan gen pembawa bibit kanker dalam tubuhnya membuat Angelina dengan keinginannya sendiri melakukan operasi mastektomi  (mastectomy) , operasi pengangkatan payudara untuk meminimalisir resiko terkena penyakit kanker tersebut. Walaupun yaa, namanya umur ditangan Tuhan tho.


Contoh lainnya bentuk rahim wanita itu ada yang normal, agak condong ke kanan, agak condong ke kiri, atau rahim terbalik. Nah hal semacam ini rasanya gak pernah bakal kita ketahui meski kita sudah pernah melahirkan anak, bila kita tidak menjalani tes HSG (hysterosalpingography). Tes HSG  dimana kita disuntik cairan kontras untuk mengetahui bentuk dan kondisi rahim saat pemeriksaan. 

Berkaca dari berbagai hal tersebut, saya membuat perbandingan sederhana saja. Sebenarnya sehari-hari kita tidak pernah tahu kondisi kesehatan kita (organ tubuh dalam) yang sebenarnya. Bagi masyarakat awam seperti halnya saya, rasanya jarang sekali atau tidak pernah ada yang melakukan pemeriksaan khusus terhadap organ tubuhnya kecuali bila ada keluhan.

Saya bukan menakut-nakuti sih, cuma gak ada salahnya kalau ada kesempatan coba deh tes radiologi, siapa tahu penyakit radang usus buntu bisa terdeteksi lebih awal. Apalagi kalau sering punya keluhan sakit perut, nyeri disekitar bawah pusar maupun nyeri-nyeri mirip gejala penyakit maag. Penyakit ini bukan monopoli milik orang tua, orang dewasa atau lansia lho!.....banyak anak-anak atau remaja yang juga menderita radang usus buntu. Gak ada salahnya buat kita-kita yang punya anak, sedari kecil membiasakan makan makanan sehat secara teratur, sayur & buah wajib dikonsumsi setiap hari, serta perbanyak minum air putih. Termasuk lebih berhati-hati dalam memilih jajanan, karena dari berbagai literatur yang saya baca, ketika ada bakteri e-coli atau bakteri apapun yang terdapat dalam makanan yang kita konsumsi, dan ketika bakteri tersebut hidup dalam sisa makanan yang nyangkut di usus buntu kita. Bisa jadi itulah yang menjadi sumber penyakit. Aow aow klise yaa, kayak dokter aja piss.

Tulisan ini bukan curhat atau curcol lho...karena saya hanya ingin sekedar berbagi pengetahuan dan pengalaman saja, yang  semoga bermanfaat buat siapapun. Please do not feel sad for me, it is not to gain sympathy...really

Well, this is the time for me to be ready for the next step. Rasanya saya butuh menepi dan menyepi dulu sesaat, karena konon setelah menjalani operasi radang usus buntu rasanya seperti habis melahirkan dengan metode caesar, agak cekit-cekit gimana gitu...


See U



Related Links:
Berikut beberapa link menarik bagi yang pengen tahu lebih jauh serba serbi usus buntu
(ini blognya dokter bedah yang mengupas berbagai hal terkait radang usus buntu)


http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/23/jtstikesmuhgo-gdl-hestimarli-1129-2-hal.48--4.pdf (informasi mengenai radang usus buntu & mobilisasi pasien pasca operasi)


18 comments:

  1. sekarang keadaannya gimana mbak?
    semoga nggak kambuh lagi ya

    ReplyDelete
  2. Halo mba Avy, makasih atensinya. Rasa nyerinya kadang masih timbul meski gak setiap saat, sepertinya ini kategori appendicitis kronis. Saya masih menunggu waktu tindakan dokter

    ReplyDelete
  3. Semoga dilancarkan tindakannya, ya. Dan, semoga lekas pulih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih doanya mba Myra, sekarang masa pemulihan. Insya Allah saya akan share cerita tentang operasi di postingan berikutnya

      Delete
  4. Mba Muti, makasih ya sharingnya. Menjaag diri untuk selalu sehat itu emang penting. Bagiku emang yang penting kita usaha ya karena Allah yang menentukan. Smoga kita sellau sehat ya mba. AMin

    ReplyDelete
  5. Iya bener, yang penting sebagai manusia kita harus selalu berusaha dan berdoa. Terimakasih doanya, semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT, amien

    ReplyDelete
  6. Semoga tindakan apa pun yang menurut dokter terbaik untuk muti mimut, lancar dan berhasil dengan sukses. Sebetulnya gakpapa juga koq menulis tentang sesuatu yang berkaitan dengan diri kita (asalkan tidak terlalu pribadi). Kita harus menganggapnya berbagi info, kan begitu? Coba liat blog bunda tentang cerita bunda ketika galau karena ditinggalkaan oleh anak lelaki bunda. Membaca komentar mereka yang visit blog bunda bisa menambah semangat bunda untuk tegar. Salam semangat buat muti untuk tetapp menulis dan berbagi.

    ReplyDelete
  7. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  8. mba muti trs skrg gmn keadaannya? aq punya masalah yg sama nch mbak, barusan usg abdomen, tp akan ada tindak lanjut appendicogram, klo blh tau brp biayanya ya mba?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kondisi pasca operasi Insya Allah membaik. setau saya, Appendicogram tarifnya bervariasi antara 250-400 ribuan, lebih baik ditanyakan ke pihak Rumah Sakitnya, maaf baru membalas ada gangguan teknis di pc pribadi.

      Delete
  9. Terimakasih infonya, saya besok mau ronsen usus buntunya terus di suruh minum bubuk putih tujuh jam sebelum ronsen, saya penasaran tapi akhirnya tau juga fungsinya. Sekali lagi terima kasih informasinya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, senang kalau tulisan ini bisa bermanfaat.

      Delete
  10. Hallo mbak mutie.. Saya juga mengalami kondisi seperti mbak mutie. Tadi sore dokter membacakan hasil eppenicogram. Dokter bilang sudah positif usus buntu akut. Dokter menyarankan oprasi tetapi saya bilang nanti dulu karna kondisi saya skrg sudah tidak kenapa2. Saya merasa sudah sehat kembali.. Mohon sarannya yah mbak. Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo juga mba, kalau menurut saya ( saran dokter saya dulu) lebih baik menjalani operasi untuk mencegah dampak yang lebih buruk di masa yad bila usus buntu tsb pecah di dalam perut.

      Delete
  11. Sore Mbak,
    Saya juga diminta melakukan pemeriksaan radiologi (appendicogram), rontgen dilakukan selama 4 kali dalam rentang 26 jam.
    1.Foto polos pada jam 20.00
    2. Foto 1 stlh minum serbuk barium (kontras) pada jam 06.00
    3. Foto 2 jam 14.00
    4. Foto 3 jam 22

    Apakah Mbak juga melakukan rontgen sampai 4 kali?

    Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal,
      Dulu sebelum operasi,kebetulan saya hanya menjalani 1x rontgen. Sepertinya tergantung kondisi tubuh masing-masing pasien, karena dokter harus memastikan apakah benar menderita radang usus buntu atau ada penyakit lain.
      Dulu,setelah rontgen, saya menjalani USG abdominal untuk mengecek kondisi organ dalam tubuh. Jadi ada 2 hasil yang saling mendukung terkait kondisi usus buntu, sebelum operasi dilakukan.
      Semoga membantu

      Delete
  12. Bgmna caranya menahan BAB sblm appendicogram ?

    ReplyDelete