Menjalani Appendicogram
Jujur awalnya saya bingung mesti mulai nulis darimana, cuma yang saya ingin
tulis ini gak berbau ilmiah, definisi atau hal-hal formal yang terkait penyakit
ya. Saya hanya ingin berbagi, sedikit berkontemplasi mungkin...bahwa penyakit
bisa datang kapan saja, sesehat apapun kita menjaga gaya hidup sehari-hari.
Kadang penyakit gak selalu terdeteksi (atau memang gak bisa terdeteksi) dari
pemeriksaan kesehatan rutin atau cek lab rutin. Banyak kan penyakit yang memang
baru ketahuan setelah sakitnya sudah parah atau sudah memasuki stadium sekian,
yaa karena di awal penyakit tersebut muncul di tubuh kita, tak ada gejala,
tidak menunjukkan sesuatu hal yang membuat kita ingin periksa ke dokter. Beberapa
penyakit tertentu seperti kanker dan tumor baru terasa, atau ketahuan setelah
penyakit itu menjadi kronis atau akut. Hmm
Satu hal lagi, sebenarnya saya males banget buat nulis hal berbau pribadi
di blog saya, tapi setelah saya baca berbagai blog atau cerita orang yang
pernah mengalami hal ini, dan dukungan beberapa teman. Saya jadi terdorong
untuk sekedar berbagi, yang mudah-mudahan bisa menyadarkan siapapun untuk lebih
aware akan kesehatannya.
Apa....positif radang usus buntu? Dueng, dunia saya seakan
berputar, jagad raya ini bergetar di pikiran saya. Meskipun saya
punya feeling ada sesuatu yang
berbeda di tubuh (perut) saya, agak shock
juga lho ketika hasil radiologi (appendicogram)
mendukung dugaan itu di penghujung bulan April lalu. Malah sebelumnya, saya
sempat berpikir jangan-jangan ada cacing besar yang berjalan-jalan dalam perut
saya hehehe aneh ya. Gejala nyeri-nyeri di perut bagian kanan bawah memang
rancu. Buat perempuan, gejala semacam itu acapkali mirip dengan gejala penyakit
di bagian ovarium atau indung telur.
Buat saya, penyakit ini seperti ‘teguran’ Tuhan agar saya lebih dan lebih
lagi berhati-hati menjaga tubuh, dan organ-organ lainnya yang sudah dipinjamkan
untuk menjalani kehidupan di dunia yang fana ini. Kita sebagai manusia kan hanya bisa berencana,
berusaha dan berdoa. It happened, for sure!
Penyakit semacam ini gak ketahuan lho sama hasil medical check up rutin yang sempat saya jalani dua kali, sekitar
3-4 tahun yang lalu. USG (UltraSonography) juga tidak selalu
membantu, karena posisi usus buntu ,yang sering disebut umbai cacing ini,
letaknya cukup tersembunyi dibalik organ usus besar dan organ lainnya. Sebelumnya,
saya sering merasakan nyeri di perut bagian kanan bawah dalam 2-3 bulan
terakhir. Seingat saya, nyeri sudah
terasa, sering timbul tenggelam sejak setahun yang lalu. Saya sendiri juga gak
tau persis apakah proses usus buntu meradang ini memang membutuhkan waktu
bertahun-tahun? Atau apa bisa, radang usus buntu terjadi dalam waktu yang singkat?
Hanya butuh beberapa bulan atau beberapa minggu saja. Menurut pemikiran saya,
penyakit-penyakit semacam ini butuh waktu yang agak lama sih.
Menjalani tes radiologi (appendicogram), membuat semuanya
menjadi lebih jelas dan akurat. Pasien diminta untuk meminum cairan bubuk barium pada tengah malam sebelum dirontgen. Nah kalau usus buntu kita
normal, maka hasil radiologi tersebut akan berwarna putih, yang tandanya cairan
berhasil memasuki usus buntu. Bila hasilnya gelap (hitam), tidak ada warna,
berarti ada sesuatu hal, benda atau zat (massa)
yang menghalangi cairan tersebut masuk ke dalam usus buntu kita.
sumber: www.hariansehat.com
|
Dugaan Penyebab Radang Usus Buntu
Saya pribadi memang suka makanan pedas, tapi yaa gak gila-gila amat. Kalau
makan sambal, bijinya pasti saya buang, cuma dicocol-cocol aja. Jambu biji
malah gak pernah, gak doyan sama sekali, kecuali jus jambu yang bijinya udah
dibuang ya. Dari beberapa sumber, cerita orang, atau blog yang saya baca di internet. Kebanyakan
orang mempertanyakan apakah riwayat atau kebiasaan suka makan cabai atau jambu
biji memicu radang usus buntu. Banyak yang beranggapan bahwa hal tersebut hanya
mitos, namun bisa jadi benar adanya pada beberapa kasus. Dari beberapa kajian
mahasiswa keperawatan yang saya baca, diduga kuat biji-bijian yang kita
konsumsi sulit dicerna organ pencernaan di dalam tubuh. Jadi,menurut analisis (asumsi)
saya pribadi nih, makanan yang bentuknya keras atau padat seperti kacang,
keripik, dan semacamnya bila tidak terkunyah dengan halus, membuat organ
pencernaan di dalam tubuh bekerja ekstra keras dan tak selalu mampu diserap
tubuh, sehingga dapat memicu terjadinya radang usus buntu.
Dari ulasan dokter yang saya baca di internet, dan dokter umum tempat saya
periksa, umumnya usus buntu terisi sisa makanan yang tidak terserap oleh usus besar.
Bisa jadi, bila ada suatu masa dalam hidup kita, dimana kita kurang mengonsumsi
buah-buahan atau sayuran sehingga sistem pencernaan kurang berjalan lancar,
dapat membuat sisa makanan masuk ke usus buntu tersebut.
Bahkan dokter umum tempat saya memeriksakan diri sempat bolak-balik
bertanya, “Kamu suka ngopi? ”......gak
pernah dok, jawab saya. “Kalau nge-Teh iya saya doyan banget, hampir tiap hari”.
Cuma saya males nanya lebih jauh karena gak relevan sama kebiasaan saya hehehe. :)
Saya mikir aja mungkin yaa, dari sekian pasien yang ditangani dan menderita
radang usus buntu, bisa jadi banyak pasiennya yang punya kebiasaan minum kopi.
Apakah kafein yang terkandung dalam kopi sulit tercerna....well tentu perlu pembuktian ilmiah.
Yaa semua ini memang dugaan kuat penyebab umum radang usus buntu. Lha kalau
misalnya seumur hidup kita hidup sehat, selalu makan buah sayur setiap hari, gak
pernah makan yang neko-neko, terus tiba-tiba kita kena radang usus buntu atau
suatu penyakit. Kita mau bilang apa...memang sudah takdir-NYA. Sama halnya kita
mempertanyakan ada seseorang yang suka merokok
tapi sehat-sehat saja (kelihatannya), satu perokok lainnya terkena kanker paru.
Nah, kita kan gak bisa menyalahkan siapapun. Lha wong sudah takdir, jalan
hidup.
Contoh ekstrim lain, mungkin ada pasangan suami istri yang sudah menjalani
pemeriksaan kesehatan menyeluruh, dinyatakan sehat normal dan tak ada gangguan
sama sekali, tapi kok sudah menikah 10 tahun belum juga dikarunia anak? Inilah
maksud saya, ada hal-hal diluar nalar atau kemampuan akal kita, yang tidak
pernah bisa dijangkau manusia, bahwa ada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang
memiliki seluruh alam dan ciptaan-Nya.
Semoga gak terdengar terlalu religius yaa dan gak ada maksud sama sekali
menceramahi pembaca blog saya. This is my personal view. Harapannya
supaya teman-teman bisa lebih aware
dan jaga kesehatan aja kok.
Saya hanya mencoba menelaah berbagai hal yang terjadi disekeliling saya dan
kebetulan saya juga mendapat cobaan penyakit ini. Tentu, saya pasrah berdoa
semoga bisa kembali sehat bila nanti sudah menjalani operasi usus buntu. Pasrah
Bongkok’an kalau orang Jawa bilang. Hihi..
Tapi lagi-lagi, penyebab pasti usus buntu meradang masih menjadi terkaan,
menduga-duga. Saya sendiri belum menemukan bacaan atau penelitian yang khusus
membahas soal penyebab usus buntu dan serba-serbinya. Dalam arti penelitian
ilmiah, yang bisa menggambarkan bagaimana riwayat makanan seseorang sehingga ia
bisa menderita radang usus buntu, bagaimana metabolisme pencernaannya. Kalau
ada penelitian ilmiahnya tolong kasih tau saya yaa, saya mau baca. Soalnya
menurut saya gak mudah melakukan obyek penelitian dengan tema semacam ini,
tentu perlu waktu yang panjang dan biaya yang gak sedikit. Agak sulit memang,
atau mungkin ide ini bisa jadi topik penelitian mahasiswa kedokteran yaa...ya
sapa tau ada anak kedokteran yang membaca blog saya :) . Lain halnya
kalau tema penelitian lebih sederhana seperti pengaruh pemberian antibiotik
terhadap pasien usus buntu pasca operasi. Intinya sih, bagaimana tubuh kita
merespons makanan atau asupan itu berbeda-beda buat setiap orang, gak bisa
disamaratakan.
Satu hal yang pasti, ketika kita lebih mengenal organ tubuh dalam, sering
baca buku mengenai kesehatan atau hal-hal yang terkait dengan kondisi tubuh.
Pasti kita akan semakin sadar dan semakin sayang sama tubuh kita. Seperti
halnya dokter mengingatkan untuk mengunyah makanan sampai halus, sehingga organ
pencernaan dalam seperti lambung, usus halus, usus besar, pankreas, hati, kantung empedu tidak bekerja ekstra
keras untuk menghaluskan dan mengolah makanan yang kita konsumsi. Ini
nih yang saya rasa belum banyak kita sadari. Bener yaa kata
orang tua zaman dahulu, kalau makan jangan buru-buru ditelan, kunyah dulu
sampai benar-benar halus...Nasehat jadul yang ampuh buat semua orang, bukan cuma
buat balita lho...
sumber: www.ebiologi.com
|
It’s About Caring Your Body
Nah, satu hal lagi, di Asia atau di Indonesia mungkin alat kedokteran yang
canggih banget belum ada, kalaupun ada pasti biaya pemeriksaannya bisa
selangit. Saya ingin menggambarkan seperti halnya aktris Angelina Jolie yang secara sadar melakukan serangkaian tes pengujian
genetis di Amerika sana, sehingga ketika dokter menemukan gen pembawa bibit
kanker dalam tubuhnya membuat Angelina dengan keinginannya sendiri melakukan
operasi mastektomi (mastectomy) , operasi
pengangkatan payudara untuk meminimalisir resiko terkena penyakit
kanker tersebut. Walaupun yaa, namanya umur ditangan Tuhan tho.
Contoh lainnya bentuk rahim wanita itu ada yang normal, agak condong ke
kanan, agak condong ke kiri, atau rahim terbalik. Nah hal semacam ini rasanya
gak pernah bakal kita ketahui meski kita sudah pernah melahirkan anak, bila kita
tidak menjalani tes HSG (hysterosalpingography). Tes HSG dimana kita disuntik cairan kontras untuk
mengetahui bentuk dan kondisi rahim saat pemeriksaan.
Berkaca dari berbagai hal tersebut, saya membuat perbandingan sederhana
saja. Sebenarnya sehari-hari kita tidak pernah tahu kondisi kesehatan kita
(organ tubuh dalam) yang sebenarnya. Bagi masyarakat awam seperti halnya saya,
rasanya jarang sekali atau tidak pernah ada yang melakukan pemeriksaan khusus
terhadap organ tubuhnya kecuali bila ada keluhan.
Saya bukan menakut-nakuti sih, cuma gak ada salahnya kalau ada kesempatan
coba deh tes radiologi, siapa tahu penyakit radang usus buntu bisa terdeteksi
lebih awal. Apalagi kalau sering punya keluhan sakit perut, nyeri disekitar
bawah pusar maupun nyeri-nyeri mirip gejala penyakit maag. Penyakit ini bukan monopoli milik orang tua, orang
dewasa atau lansia lho!.....banyak anak-anak atau remaja yang juga menderita
radang usus buntu. Gak ada salahnya buat kita-kita yang punya anak, sedari
kecil membiasakan makan makanan sehat secara teratur, sayur & buah wajib dikonsumsi
setiap hari, serta perbanyak minum air putih. Termasuk lebih berhati-hati dalam
memilih jajanan, karena dari berbagai literatur yang saya baca, ketika ada
bakteri e-coli atau bakteri apapun
yang terdapat dalam makanan yang kita konsumsi, dan ketika bakteri tersebut
hidup dalam sisa makanan yang nyangkut di usus buntu kita. Bisa jadi itulah
yang menjadi sumber penyakit. Aow aow klise yaa, kayak dokter aja piss.
Tulisan ini bukan curhat atau curcol lho...karena saya hanya ingin sekedar
berbagi pengetahuan dan pengalaman saja, yang semoga bermanfaat buat siapapun. Please do not feel sad for me, it is
not to gain sympathy...really
Well, this is
the time for me to be ready for the next step. Rasanya saya
butuh menepi dan menyepi dulu sesaat, karena konon setelah menjalani operasi
radang usus buntu rasanya seperti habis melahirkan dengan metode caesar, agak cekit-cekit gimana gitu...
See U
Related
Links:
Berikut
beberapa link menarik bagi yang pengen tahu lebih jauh serba serbi usus buntu
(ini
blognya dokter bedah yang mengupas berbagai hal terkait radang usus buntu)
https://karyatulisilmiah.com/perilaku-dan-pola-makan-yang-menyebabkan-usus-buntu-appendisitis/?upm_export=print (informasi mengenai pola makan
penyebab radang usus buntu)
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/23/jtstikesmuhgo-gdl-hestimarli-1129-2-hal.48--4.pdf (informasi mengenai radang usus
buntu & mobilisasi pasien pasca operasi)
sekarang keadaannya gimana mbak?
ReplyDeletesemoga nggak kambuh lagi ya
Halo mba Avy, makasih atensinya. Rasa nyerinya kadang masih timbul meski gak setiap saat, sepertinya ini kategori appendicitis kronis. Saya masih menunggu waktu tindakan dokter
ReplyDeleteSemoga dilancarkan tindakannya, ya. Dan, semoga lekas pulih
ReplyDeleteTerimakasih doanya mba Myra, sekarang masa pemulihan. Insya Allah saya akan share cerita tentang operasi di postingan berikutnya
DeleteMba Muti, makasih ya sharingnya. Menjaag diri untuk selalu sehat itu emang penting. Bagiku emang yang penting kita usaha ya karena Allah yang menentukan. Smoga kita sellau sehat ya mba. AMin
ReplyDeleteIya bener, yang penting sebagai manusia kita harus selalu berusaha dan berdoa. Terimakasih doanya, semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT, amien
ReplyDeleteSemoga tindakan apa pun yang menurut dokter terbaik untuk muti mimut, lancar dan berhasil dengan sukses. Sebetulnya gakpapa juga koq menulis tentang sesuatu yang berkaitan dengan diri kita (asalkan tidak terlalu pribadi). Kita harus menganggapnya berbagi info, kan begitu? Coba liat blog bunda tentang cerita bunda ketika galau karena ditinggalkaan oleh anak lelaki bunda. Membaca komentar mereka yang visit blog bunda bisa menambah semangat bunda untuk tegar. Salam semangat buat muti untuk tetapp menulis dan berbagi.
ReplyDeletemakasih supportnya bunda, maaf baru membalas
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletemba muti trs skrg gmn keadaannya? aq punya masalah yg sama nch mbak, barusan usg abdomen, tp akan ada tindak lanjut appendicogram, klo blh tau brp biayanya ya mba?
ReplyDeleteKondisi pasca operasi Insya Allah membaik. setau saya, Appendicogram tarifnya bervariasi antara 250-400 ribuan, lebih baik ditanyakan ke pihak Rumah Sakitnya, maaf baru membalas ada gangguan teknis di pc pribadi.
DeleteTerimakasih infonya, saya besok mau ronsen usus buntunya terus di suruh minum bubuk putih tujuh jam sebelum ronsen, saya penasaran tapi akhirnya tau juga fungsinya. Sekali lagi terima kasih informasinya
ReplyDeleteSama-sama, senang kalau tulisan ini bisa bermanfaat.
DeleteHallo mbak mutie.. Saya juga mengalami kondisi seperti mbak mutie. Tadi sore dokter membacakan hasil eppenicogram. Dokter bilang sudah positif usus buntu akut. Dokter menyarankan oprasi tetapi saya bilang nanti dulu karna kondisi saya skrg sudah tidak kenapa2. Saya merasa sudah sehat kembali.. Mohon sarannya yah mbak. Terimakasih
ReplyDeleteHalo juga mba, kalau menurut saya ( saran dokter saya dulu) lebih baik menjalani operasi untuk mencegah dampak yang lebih buruk di masa yad bila usus buntu tsb pecah di dalam perut.
DeleteSore Mbak,
ReplyDeleteSaya juga diminta melakukan pemeriksaan radiologi (appendicogram), rontgen dilakukan selama 4 kali dalam rentang 26 jam.
1.Foto polos pada jam 20.00
2. Foto 1 stlh minum serbuk barium (kontras) pada jam 06.00
3. Foto 2 jam 14.00
4. Foto 3 jam 22
Apakah Mbak juga melakukan rontgen sampai 4 kali?
Terimakasih
Salam kenal,
DeleteDulu sebelum operasi,kebetulan saya hanya menjalani 1x rontgen. Sepertinya tergantung kondisi tubuh masing-masing pasien, karena dokter harus memastikan apakah benar menderita radang usus buntu atau ada penyakit lain.
Dulu,setelah rontgen, saya menjalani USG abdominal untuk mengecek kondisi organ dalam tubuh. Jadi ada 2 hasil yang saling mendukung terkait kondisi usus buntu, sebelum operasi dilakukan.
Semoga membantu
Bgmna caranya menahan BAB sblm appendicogram ?
ReplyDelete