Berlibur ke Bali di Saat Gunung Agung Erupsi ?
Akhir tahun sudah di depan mata, biasanya nih menjelang
atau memasuki bulan Desember kita udah terbayang-bayang asiknya suasana
liburan. Hawa-hawa liburan udah mulai menerpa saya juga.
Saya pengen banget berlibur ke Bali, pulau eksotis yang
dikelilingi pantai-pantai cantik. Udah kebayang pengen main pasir di pinggir
pantai, berlarian sambil menikmati debur ombak, atau sekedar duduk-duduk di
tepi pantai sambil membaca buku kesukaan.Tapi, kondisi erupsi Gunung Agung yang
berdampak terhadap buka tutup bandara alias dihentikannya penerbangan dari dan
ke bandara Ngurah Rai di Bali, membuat saya berpikir ulang. Wah, kenapa ya
ketika saya ingin jalan-jalan sejenak saja, kok cuaca gak bersahabat hihi. Untung
belum pesen tiket pesawat, ya meski nanti bisa direfund tetap aja saya males
ribet-ribet ngurus proses administrasinya.
sumber: PVMBG-KESDM |
Aktivitas Gunung Agung di Bali ini masih fluktuatif, gak
bisa ditebak kapan letusan akan terjadi. Who knows? Sejak awal bulan Agustus
2017 Gunung Agung mengalami peningkatan aktivitas kegempaan. Sejak 4 bulan lalu,
Gunung Agung sudah mengalami beberapa kali erupsi atau letusan. Semburan abu
vulkaniknya yang dapat membahayakan penerbangan. Bila abu mengarah ke pulau
Jawa atau ke arah pulau Lombok, bisa jadi bandara Juanda juga ditutup. Bandara
Lombok juga sudah buka tutup beberapa kali. Kemungkinan Bandara Ngurah Rai buka
tutup sifatnya sangat fleksibel mengikuti perkembangan aktivitas vulkanik Gunung
Agung yang terletak di kabupaten Karangasem. Pada 14 September 2017 lalu,
status Gunung Agung naik ke level 2 (Waspada), lalu pada 18 September 2017
status dinaikkan lagi menjadi level 3 (Siaga), dan pada 23 September 2017 status
Gunung Agung menjadi level 4 (Awas). Seiring perkembangan aktivitas vulkanik,
pada 29 Oktober 2017 status Gunung Agung turun menjadi level 3 (Siaga). Kurang
dari sebulan, pada hari Minggu 26 November 2017 status Gunung Agung naik kembali menjadi
level 4 (Awas). Jadi, dalam kurun waktu 4 bulan terakhir ini, Status Awas sudah
dua kali. Pada status Awas, berarti warga setempat harus mempersiapkan diri
bilamana letusan terjadi sewaktu-waktu. Namanya juga bencana alam, tak ada
seorang pun yang bisa memprediksi toh. Nah makanya saya kudu menyiapkan
beberapa skenario supaya rencana liburan ke Bali tetap aman dan nyaman.
Rute Alternatif ke Bali
Ternyata masih banyak jalan menuju pulau Bali yang
terkenal dengan sebutan pulau Dewata. Berikut beberapa cara yang sudah saya
rangkum, dengan catatan situasi dampak abu letusan Gunung Agung tsb tidak
berpengaruh terhadap bandara lain di sekitar pulau Bali.
1.Via Surabaya
Kita bisa naik pesawat terbang melalui bandara Juanda
yang terletak di Sidoarjo, Jawa Timur. Nah setibanya di bandara atau Surabaya.
Kita bisa melanjutkan perjalanan menggunakan bus pariwisata, kendaraan travel
atau mobil rental menuju Bali.
2.Via Banyuwangi
Kita bisa naik pesawat terbang menuju Banyuwangi. Dari
Banyuwangi bisa melanjutkan perjalanan menggunakan bus pariwisata, rental mobil,
atau kendaraan travel menuju Bali.
3.Via Lombok
Menurut saya agak ekstrim dalam hal biaya nih hihi,
karena kita bisa menggunakan pesawat terbang menuju Lombok lalu melanjutkan
dengan kapal laut untuk menyebrang dari pelabuhan Lembar Mataram, menuju pulau
Bali. Atau mending sekalian berlibur ke Lombok yah.
sumber: google map |
Well, rute alternatif mana yang dipilih
tergantung tujuan kita. Barangkali kita sudah punya janji dengan teman-teman
yang ada di Bali, atau sudah punya program acara yang direncanakan jauh-jauh
hari. Yaa mau gak mau kan tetep kudu pergi ke Bali. Banyak juga even yang
diselenggarakan di Bali mulai seminar berskala nasional hingga konferensi
internasional, apalagi menjelang pergantian tahun dan pesta tahun baru. Pastinya
bakal banyak orang yang punya pemikiran sama atau nyaris seragam, berupaya
mencoba cara alternatif menuju pulau Bali. Pada dasarnya akses rute alternatif
melalui jalan darat akan dilanjutkan dengan kapal melalui pelabuhan Gilimanuk
di Banyuwangi. Waktu penyebrangannya sendiri sekitar satu jam. Dari pelabuhan
Gilimanuk menuju pusat kota Bali atau Denpasar butuh waktu sekitar 3-4 jam. Nah
jadwal keberangkatan kapal ini memang sudah terskedul, namun perlu diingat juga
bahwa cuaca buruk seperti gelombang tinggi bisa menyebabkan penundaan
pemberangkatan kapal penyebrangan. Mau gak mau kita terpaksa menunggu di
pelabuhan. Intinya sih, dalam situasi terjadi bencana alam atau cuaca buruk yang diluar kuasa manusia, kita kudu pasrah
dan mengantisipasi beberapa hal, terutama waktu lama perjalanan pasti akan
menjadi lebih panjang. Stok cemilan perlu diperbanyak nih.
sumber: pixabay |
Jadwal pemberangkatan kapal ferry dari pelabuhan
Ketapang, Banyuwangi menuju pelabuhan Gilimanuk, Bali terjadwal setiap satu
jam. Tiket penyebrangan bervariasi apakah pergi tanpa kendaraan, membawa
kendaraan roda dua atau roda empat, termasuk rombungan bus. Harga tiket mulai
6500 Rupiah per orang untuk sekali penyebrangan. Bila kita memilih penerbangan
via Mataram, Lombok. Setibanya di Mataram bisa melanjutkan perjalanan via
pelabuhan Lembar, Mataram menuju pelabuhan Padang Bai, Bali dengan harga tiket
mulai 46 ribu rupiah per orang. Beberapa teman saya yang ingin melanjutkan
perjalanan dari Surabaya menuju Bali awal pekan ini, menggunakan jasa travel atau bus pariwisata dikenai biaya sekitar 200
Ribu Rupiah per orang. Adapula jasa rental mobil khusus untuk drop ke Bali
sekitar 2 juta hingga 2 koma 5 juta Rupiah untuk sekali keberangkatan dari
Surabaya. Biaya ini sudah termasuk honor pengemudi dan bensin, hmm lumayan juga
yah. Belum lagi, biaya-biaya tak terduga yang bisa muncul sepanjang perjalanan.
Misal jadwal pemberangkatan kapal penyebrangan yang ditunda karena gelombang
tinggi. Penundaan keberangkatan bisa berjam-jam atau seharian penuh tergantung
kondisi cuaca. Artinya ada dana khusus yang kudu dialokasikan untuk tambahan dana
konsumsi selama menunggu di pelabuhan. Jadi, kita mesti cermat menyiapkan dan
menghitung pengeluaran yang mungkin timbul untuk berlibur ke Bali.
Obyek Wisata Di Luar Zona Bahaya
Nah, terus di Bali kita
bisa ngapain aja? Banyak tempat wisata yang lokasinya tidak berdekatan dengan
Gunung Agung, dalam arti termasuk radius aman. Kita masih bisa jalan-jalan di
sekitar pantai Kuta, Sanur, GWK dll. Saat Gunung Agung berada pada level Awas, kawasan
sejauh sekitar radius 15 KM dari Gunung Agung termasuk zona bahaya. Kawasan
wisata Pura Besakih termasuk dalam radius zona berbahaya sehingga kawasan Pura Besakih
sempat ditutup untuk umum ketika status Gunung Agung terletak pada level Awas
bulan Oktober lalu. Level Awas merupakan level keempat atau level tertinggi
yang mengisyaratkan bahwa Gunung Agung bisa meletus sewaktu-waktu. Kawasan
wisata Kintamani yang terletak di kabupaten Bangli juga sempat terkena dampak
abu vulkanik.