Sunday, October 9, 2022

Komitmen Cinta Dalam Pernikahan

Konon saat kita mencintai seseorang, kita akan mencurahkan semua perhatian dan kasih sayang terhadap sosok tercinta. Dalam hal pernikahan, ketika kita sudah mengikat janji sehidup semati, banyak hal di luar logika yang biasanya kita lakukan untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Banyak kejadian di lingkungan sekitar yang saya saksikan sendiri sebagai bukti perwujudan komitmen dalam sebuah pernikahan. Duh bahasanya terlalu formal ya, intinya ketika membangun sebuah rumah tangga, hal ini berarti membutuhkan komitmen dan kerjasama antara suami dan istri sebagai sebuah tim, dalam setiap langkah perjalanan kehidupan.

Salah satu contoh, saat kesempatan tiba, seorang teman perempuan memilih mengembangkan karirnya di luar negeri, melanjutkan pendidikan atau bekerja di negara lain. Suaminya pun mendukung 100 persen, dan melepas karir yang sudah dirintis belasan tahun di Indonesia. Sang suami turut mendampingi sang istri ke luar negeri, menghadapi tantangan dan ketidakpastian yang mungkin terjadi. Situasi semacam ini mungkin banyak dialami kaum perempuan di zaman sekarang, ketika kesempatan mengepakkan sayap lebih besar dibanding sang suami. Tentu pilihan dilakukan dengan pertimbangan matang. Hal yang dipilih sebuah keluarga, belum tentu cocok diterapkan bagi keluarga lain, keputusan besar semacam ini sifatnya sangat personal. Rasa salut dan kagum bagi teman-teman perempuan yang bisa memilih dan memiliki kesempatan langka seperti ini.  

Ada pula pasangan suami istri yang memilih berpisah kota bahkan berpisah negara, menjalin hubungan jarak jauh karena masing-masing memiliki pekerjaan yang sudah ditekuni belasan tahun. Kompromi bisa jadi berat atau mudah dilakukan, tentu tergantung persepsi dan gaya hidup masing-masing keluarga. Apakah sebuah keluarga masih memiliki anak balita, atau keluarga tersebut sudah memiliki anak remaja, semua aspek pasti menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan. 

Di satu sisi, banyak juga teman perempuan yang memilih “menahan diri” bukan membatasi ya!, agar rumah tangganya tetap berjalan seimbang. Pada beberapa kasus, sang istri fokus mengurus sang buah hati karena sang suami memiliki kesempatan yang lebih besar dalam perjalanan karirnya. Dalam kasus lain, sang istri tetap bekerja dengan memilih tempat bekerja dengan waktu yang fleksibel, atau sang istri memilih bekerja dari rumah maupun berwirausaha. Seiring dengan tuntutan dan perkembangan zaman, peran tradisional antara suami dan istri, mungkin sudah agak bergeser dibanding peran pasutri di masa silam. Di mana seorang laki-laki memiliki peran sebagai pencari nafkah utama, dan seorang perempuan berperan sebagai ibu rumah tangga. Di masa kini, baik perempuan dan laki-laki, memiliki kontribusi yang setara bagi keberlangsungan rumah tangga. Bahkan dalam beberapa kasus, saya kerap mendengar kaum perempuan berpendidikan tinggi, memiliki gelar sarjana, master bahkan doktoral dari universitas ternama seringkali mendapat sindiran, jika memilih berkarya menjadi Ibu rumah tangga seutuhnya. Padahal menurut pemikiran saya, ilmu merupakan hal yang harus terus digali sampai kapanpun. Tak ada ilmu dan pendidikan yang sia-sia, semua pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seorang Ibu atau perempuan, sangat bermanfaat baik bagi bagi diri sendiri, maupun dalam mengasuh anak-anaknya, dan juga bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. 

Pada dasarnya, kompromi akan selalu hadir dalam kehidupan pernikahan. Bagaimana memilih keputusan yang terbaik bagi diri sendiri dan keluarga, tentunya membutuhkan pemikiran matang, yang tak semudah menjentikkan jari tangan. Apapun pilihan yang diambil, hargai setiap keputusan yang sudah disepakati antara suami dan istri, serta menjalani pilihan dengan rasa suka cita. Insya Allah semua akan dipermudah. 

See U

3 comments:

  1. Setujuuu. Di saat sudah memutuskan untuk menikah, ya harus ada toleransi di dalamnya. Ga bisa hanya mengandalkan ego masing2 dan tidak mau mengalah. Namanya aja 2 kepala berbeda yg disatukan. 😊. Kalo tidak ada yg ngalah, cinta aja ga akan cukup. Malah yg ada terkikis dan akhirnya pecah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget mba, selalu ada ruang untuk berkompromi yaa

      Delete