Istilah “New Normal”
Bagi saya pribadi, istilah “New Normal” atau kondisi kenormalan baru yang digaungkan pemerintah lebih mengarah terhadap upaya menormalisasi kegiatan perekonomian, aktivitas pemerintahan, maupun kegiatan sosial di masyarakat. Aktivitas bisnis misalnya bisa dijalankan kembali, namun dengan menjalankan prosedur kesehatan yang ketat. Menurut saya, situasi sekarang ini, belum lah normal seperti sediakala. Di saat status pandemi penyakit Covid-19 belum dicabut oleh badan kesehatan dunia (WHO), virus corona baru (Novel Corona Virus) tetap menjadi ancaman bagi kesehatan manusia. Virus yang menyerang sistem pernafasan manusia ini, mesti tetap diwaspadai. Terlebih, seseorang yang menderita penyakit ini bisa menunjukkan gejala atau bahkan tanpa gejala, alias orang tanpa gejala (OTG).
Bagi saya pribadi, istilah “New Normal” atau kondisi kenormalan baru yang digaungkan pemerintah lebih mengarah terhadap upaya menormalisasi kegiatan perekonomian, aktivitas pemerintahan, maupun kegiatan sosial di masyarakat. Aktivitas bisnis misalnya bisa dijalankan kembali, namun dengan menjalankan prosedur kesehatan yang ketat. Menurut saya, situasi sekarang ini, belum lah normal seperti sediakala. Di saat status pandemi penyakit Covid-19 belum dicabut oleh badan kesehatan dunia (WHO), virus corona baru (Novel Corona Virus) tetap menjadi ancaman bagi kesehatan manusia. Virus yang menyerang sistem pernafasan manusia ini, mesti tetap diwaspadai. Terlebih, seseorang yang menderita penyakit ini bisa menunjukkan gejala atau bahkan tanpa gejala, alias orang tanpa gejala (OTG).
Persiapan Menghadapi “New Normal”
Penyakit Covid-19 yang
disebabkan virus corona baru (Novel Corona Virus) merupakan penyakit menular. Oleh karena itu,
pada kondisi apapun atau ketika aktivitas sosial masyarakat sudah kembali
berjalan. Masker tetap wajib dipakai saat bepergian atau keluar rumah. Mencuci
tangan harus rajin dilakukan, termasuk membawa cairan pembersih tangan
kemanapun.
I
think the situation is not normal anymore, like it used to be.
The New Normal disini berarti, kita
sebagai manusia mesti mempersiapkan diri menjalani kehidupan, berdampingan
dengan virus penyebab Covid-19 ini. The virus is still out there. Kemampuan
beradaptasi menjadi salah satu hal penting. Selain melanjutkan perilaku hidup
sehat yang sudah dilakukan selama ini, tentu perlu menjaga kesehatan diri dan
kesehatan keluarga kita masing-masing.Dok. Pribadi |
Menjaga
Kesehatan Menjadi Hal Terpenting
Kenapa menjaga kesehatan dan stamina tubuh menjadi sangat penting? Insya Allah, ketika tubuh dalam kondisi fit, kita tidak mudah terserang penyakit. Mengikuti anjuran dokter, mengonsumsi makanan bergizi, memperbanyak sayur dan buah, serta minum vitamin. Selain berolahraga, minum madu juga menjadi favorit saya, untuk menjaga kebugaran tubuh. Cukup tidur dan cukup istirahat. Pandai membagi waktu, bisa membatasi diri kapan harus belajar, bekerja atau bermain. Selebihnya, tentu saja berdoa memohon kepada Yang Maha Kuasa agar dijauhkan dari segala penyakit.
Kenapa menjaga kesehatan dan stamina tubuh menjadi sangat penting? Insya Allah, ketika tubuh dalam kondisi fit, kita tidak mudah terserang penyakit. Mengikuti anjuran dokter, mengonsumsi makanan bergizi, memperbanyak sayur dan buah, serta minum vitamin. Selain berolahraga, minum madu juga menjadi favorit saya, untuk menjaga kebugaran tubuh. Cukup tidur dan cukup istirahat. Pandai membagi waktu, bisa membatasi diri kapan harus belajar, bekerja atau bermain. Selebihnya, tentu saja berdoa memohon kepada Yang Maha Kuasa agar dijauhkan dari segala penyakit.
Beradaptasi dengan Situasi “New Normal”
The
life has never been normal like before. It is the new normal way of life. Orang dewasa mungkin akan lebih mudah menjaga diri,
dalam arti menjaga jarak aman dengan orang lain dimanapun. Misal di lingkungan
rumah, di kantor, di pasar atau di keramaian. Tidak melakukan kontak fisik,
seperti bersalam-salaman yang rentan menjadi media penularan virus corona.
Dalam situasi ini, anak kecil
dan lansia, atau orang lanjut usia di atas 65 tahun bisa jadi lebih rentan.
Anak kecil, katakanlah usia TK dan SD, belum memahami sepenuhnya bagaimana
harus berperilaku di saat pandemi. Gak ada jaminan, anak-anak bisa menjaga
jarak aman. Wong, usia anak memang usia bermain. Kalau ketemu teman-teman,
tentu bawaan ingin main bareng. Hal serupa juga dihadapi para remaja, anak usia
SMP dan SMA.
Menurut
saya, pendidikan anak usia TK hingga SMA, lebih baik dilakukan secara online
atau daring untuk sementara waktu, misal
untuk semester ganjil atau hingga Desember 2020 yad. Kebijakan ini semestinya
dijalani semua institusi pendidikan negeri maupun swasta demi keamanan bersama.
Meskipun saat ini, bermunculan ide dari para pengelola sekolah untuk mengatur
shift di sekolah menjadi pagi-siang, membagi kelas, tiap angkatan hanya masuk
sepekan sekali. Tentu saja ide-ide menarik ini bisa diterapkan, tapi jangan
sampai menjadikan anak didik sebagai kelinci percobaan. Hal yang mengkhawatirkan
bila kebijakan kembali ke sekolah, justru berisiko menimbulkan kasus baru.Dok. Pribadi |
Bersiap Menghadapi Wabah Penyakit
Kita tidak pernah tahu kapan
pandemi ini benar-benar berakhir. Kalaupun WHO menyatakan bahwa pandemi sudah
berakhir, tapi adakah jaminan virus penyebab Covid-19 ini benar-benar
menghilang dari muka bumi. Who Knows?
Atau mungkin di masa depan, bisa terjadi lagi kondisi semacam ini dengan jenis
virus yang berbeda?
Hal terpenting adalah menjaga
kesehatan dan membudayakan perilaku hidup bersih sedini mungkin. Mari, kita berjuang
bersama menghadapi kondisi pandemi ini.
yup, kebiasaaan cuci tangan akhirnya menjadi habit, pulang dr luar membersihkan diri dan langusng ganti baju akan jd habit, selalu menjaga jarak akan jadi habit juga
ReplyDeleteBetul, kebiasaan yang sudah rutin dilakukan seperti mencuci tangan sepertinya saat ini lebih sering dilakukan. Termasuk segera mencuci pakaian sehabis bepergian.
Delete