Thursday, March 2, 2017

Marriage, Between Love & Hate Relationship




Cerita Cinta
Beragam kisah cinta dan perseteruan para public figure yang banyak menghiasi media massa akhir-akhir ini, membuat saya pengen mengulas tentang hubungan cinta antara pasangan suami istri alias pasutri yang sedikit banyak dibumbui rasa sayang dan sebel-sebelan, hihi... Bagi saya, menulis tentang hal ini ibarat sebuah renungan, ide tulisan ini berawal dari rasa gemas saya terhadap problematika kehidupan pasutri yang acap kali berpindah ke layar kaca maupun media sosial. Baik kehidupan para public figure maupun para tokoh masyarakat atau orang awam. Ntah kenapa, sesuai pengamatan saya terhadap perkembangan media massa, khususnya media infotainment maupun medsos yang  mungkin dalam sepuluh tahun terakhir ini gencar membicarakan  gosip perkawinan artis. Seolah-olah masalah "dapur rumah tangga" seseorang menjadi konsumsi publik...What a life?

ilustrasi: shutterstock

Apalagi gosip seputar perceraian artis maupun public figure yang mendatangi kita tak mengenal waktu, baik di pagi hari, siang atau malam hari. Berita-berita tsb menyelinap masuk ke  pikiran kita, yaa merasuki alam bawah sadar secara tak langsung. Saya juga gak yakin apa di luar sana sudah ada penelitian psikolog yang khusus mengkaji dampak pemberitaan artis kawin cerai terhadap cara pandang masyarakat Indonesia terhadap nilai-nilai pernikahan, sehingga begitu mudahnya seseorang di masa kini mengucapkan "kata berpisah" atau " bercerai". Dulu di awal-awal program infotainment bermunculan di awal tahun 2000-an, saya pribadi suka nonton beberapa program  infotainment yang menurut saya lumayan menghibur & masih proporsional. Namun lama kelamaan, seiring maraknya program semacam, pemberitaan yang diulang-ulang ngebahas perceraian membuat saya jenuh atau eneg. Sekarang untuk meng-update info mengenai berita artis, saya lebih memilih membaca dari situs berita online. Yaa setidaknya untuk tetap update berita infotainment, saya lebih leluasa memilah dan  punya stok bahan obrolan bersama buibuk hehehe, wah kok jadi ngelantur yaa.

ilustrasi: shutterstock
Dari beberapa cerita yang pernah saya baca, adanya pria idaman lain (PIL) maupun wanita idaman lain (WIL), dan masalah ekonomi menjadi persoalan utama berakhirnya sebuah ikatan pernikahan. Penyebab keretakan hubungan dalam rumah tangga bisa disebabkan oleh berbagai hal, baik dari diri sendiri maupun pengaruh pihak luar atau lingkungan. Memang, masalah perceraian atau perselingkuhan sudah terjadi sejak zaman dahulu, masalah klasik yang saya sendiri gak tau pasti berapa jumlah kasusnya. Kira-kira berapa persen kenaikan kasus perceraian dalam 10-15 tahun terakhir dan apa saja penyebabnya? Apa iya, pemberitaan mengenai kawin cerai mendominasi pemicu kasus perceraian atau perselingkuhan di Indonesia? Dalam arti, seseorang atau masyarakat menjadi semakin permisif, atau “terbiasa” memandang keretakan hubungan cinta pasutri...who knows?

Hold On To Your Commitment
Intinya sih yang mau saya obrolin, ketika kita sudah memiliki komitmen untuk menikah dengan seseorang, jagalah kepercayaan dan janji kita. Saya sendiri punya pandangan pribadi, menjalani pernikahan sudah seharusnya berpegang pada slogan "Till Death Do Us Apart ". Memang dalam setiap perjalanan pernikahan kita pasti akan mengalami beragam kendala, seribu satu persoalan akan kita temui, begitulah kira-kira wejangan para orangtua ketika menikahkan anak-anaknya. Tentunya, ditengah derasnya arus informasi di zaman millennium ini, semoga kita tetap bisa memegang teguh nilai-nilai keluarga yaKita tidak pernah boleh lelah untuk terus berusaha mewujudkan surga dunia akhirat. Psst ini bukan promosi judul film yang lumayan nge-hits di bioskop lho yaa :)  


It takes two to tango, pepatah barat ini bisa menjadi cerminan buat kita bagaimana menjalani hubungan antara suami istri. Keberhasilan suatu hubungan pastinya membutuhkan peran serta kedua belah pihak. Ingat, bukan hanya salah satu pihak saja !

Tak ada salahnya pihak istri ber-inisiatif dalam menangani urusan rumah tangga, tak selalu harus menunggu peran serta suami sebagaimana yang banyak terjadi dalam tradisi atau budaya masyarakat di Indonesia. Menjadi pro aktif dalam menangani urusan rumah tangga menjadi kewajiban bagi perempuan, sama halnya bagi kaum pria.

ilustrasi: shutterstock

Belum lagi dalam menempuh biduk pernikahan, baik sosok suami maupun istri akan menemui aneka perbedaan karakter, sifat, kebiasaan berbeda antara suami vs istrinya. Tentunya, hal ini perlu disikapi dengan bijaksana dan penuh toleransi. Perbedaan-perbedaan ini acapkali baru ketahuan setelah pasangan tersebut menikah, atau baru muncul setelah menikah. Misalnya sang suami tipikal orang yang suka bebenah rumah, di sisi lain sang istri kurang senang merapikan rumah. Atau sang suami sembarangan meletakkan barang-barang, di pihak lain sang istri senang mengatur barang dengan rapi. Hal-hal yang nampaknya kecil, sepele semacam ini bisa menjadi pemicu pertikaian dalam  beberapa kasus. Sejuta kejutan yang mungkin terjadi setelah mengucap Janji Setia Sehidup Semati, memang perlu dihadapi dengan lapang dada tho.

ilustrasi: shutterstock

Perpisahan atau perceraian, kenapa bisa terjadi? Banyak pemicunya...dari obrolan dengan beberapa teman yang pernah mengalami, perselingkuhan menjadi mayoritas masalah. Yaa, perselingkuhan bisa terjadi baik dari pihak laki-laki maupun perempuan. Biasanya nih, kedekatan pertemanan antara dua mahluk berbeda jenis kelamin diawali dari atensi atau perhatian, apalagi bila salah satu pihak kebetulan sedang memiliki problem dalam rumah tangganya. Bila seseorang curhat dengan teman lawan jenis mengenai masalah dalam rumah tangganya, tentu menjadi celah ketika curhatan tersebut disambut dengan tangan terbuka oleh pihak lainnya.

ilustrasi: shutterstock
Satu lagi, dampak kemajuan teknologi komunikasi yang dimanfaatkan secara menyimpang menjadi problem masa kini. Di zaman sekarang dengan kecanggihan teknologi yang mempermudah interaksi, curhat, curcol seperti "senjata makan tuan" bila tak digunakan secara bijak. O iya perselingkuhan ini jangan diartikan semata-mata dalam arti melakukan kontak fisik atau hubungan seksual lho. Selingkuh hati dalam arti menjalin hubungan secara emosional dengan seseorang yang bukan pasangan resmi, umumnya diawali dari saling curhat, misal saling kirim sms mesra atau via WhatsApp dan aplikasi media sosial lainnya, bertukar foto, memiliki panggilan sayang dengan seseorang yang bukan suami atau istrinya. Kuncinya adalah bagaimana kita dapat membatasi diri, mengerem mana yang patut dan tidak patut untuk kita lakukan dengan lawan jenis yang bukan pasangan resmi. Ketika seseorang terlena, ibarat seseorang yang sedang jatuh cinta, serasa berada diawang-awang, atau mabuk kepayang. Peribahasa Jawa yang berbunyi “Witing Tresno Jalaran Soko Kulino”, yang bermakna cinta tumbuh karena terbiasa, atau munculnya benih-benih asmara karena terbiasa berinteraksi, setidaknya dapat menggambarkan situasi ketika seseorang jatuh hati.

ilustrasi: shutterstock
Ibarat peribahasa "Rumput tetangga terlihat lebih hijau" , kalau kata orang bule, “The grass is always greener on the other side”. Kalau kita hanya menilai seseorang secara fisik atau material, wah tentu di dunia ini banyak yang lebih...dan lebih lagi. Yaa lebih ganteng dan lebih cantik dibanding pasangan kita. So remember that, Marriage is not only for physical reasons, but also to fullfil your heart and your soul.
Well, disini saya tak menghakimi kasus-kasus yang banyak terjadi di seputar kita, maupun kasus public figure yang mencuat di berbagai media massa dan menjadi perbincangan hangat. Kalau membaca berita atau mendengar beragam kasus tersebut rasanya hati saya menjadi kesal bercampur dongkol. Perceraian atau perselingkuhan memang tak mengenal batasan, hal ini bisa terjadi pada siapapun termasuk orang awam. Hanya saja karena sosok artis atau public figure diberitakan di media massa, sehingga seolah-olah kalangan tertentu saja yang doyan kawin cerai. Padahal, berdasar data rekap angka perceraian di salah satu pengadilan agama di Jakarta misalnya, rata-rata terdapat sekitar 100 kasus perceraian setiap bulan sepanjang tahun 2016. Pengadilan agama membagi penyebab perceraian menjadi 15 poin. Meski tak spesifik menyebutkan perselingkuhan, dari data tergambar beberapa masalah utama seperti ketidakharmonisan, faktor ekonomi, krisis akhlak dan tidak bertanggung jawab menjadi mayoritas alasan pasutri bercerai.

ilustrasi: shutterstock
Satu hal lagi, kadang saya sendiri suka gemas ketika mendengar berita ada sosok pria yang  bercerai setelah sekian tahun menikah, ketika kondisi mereka sudah sukses. Wah, ternyata bagi sebagian kalangan pameo harta, tahta dan wanita ini seakan menjadi simbol kejantanan yaa. Ketika susah bersama-sama, ketika sudah berada di puncak karir, sukses diraih, justru melupakan keluarga dan beralih ke lain hati. Begitupula sebaliknya, hal semacam ini bisa terjadi di pihak sang perempuan. 

ilustrasi: shutterstock
Ketika menjalani kehidupan pernikahan, manusia pasti akan menemui beragam kendala, cobaan, dan ujian. Seberapa kuat kita menghadapi segala problem yang menguji kesabaran menjadi kunci.  Perlu diingat, badai dalam pernikahan bisa terjadi pada siapapun. Gak selalu pasutri yang sama-sama bekerja, atau pekerja kantoran yang diasumsikan memiliki peluang lebih besar dalam perselingkuhan karena waktunya lebih banyak dihabiskan di luar rumah. Kasus semacam ini bisa terjadi bagi pasutri yang salah satunya tak bekerja semisal istri menjadi ibu rumahtangga, atau suaminya yang menjadi bapak rumah tangga, atau kedua pihak sama-sama berwirausaha, atau bekerja dari rumah, pekerja freelance dll.  Menurut saya, kasus semacam ini tak berkorelasi dengan pekerjaan atau profesi tertentu. Dimanapun dan kapanpun, setiap tindakan yang menyimpang mungkin saja terjadi, terlebih bila ada peluang dan kesempatan. Nah, sekarang tinggal sosok pribadi manusianya, apakah akan menuruti hawa nafsu atau bisa mengendalikan dirinya sendiri.

ilustrasi: shutterstock
Saya pribadi salut dengan para pasutri public figure, yang tetap setia mendampingi di saat pasangannya sakit dan ikhlas merawat pasangannya hingga akhir hayat. Contohnya istri dari alm. penyanyi Chrisye, istri dari alm. komedian Pepeng. Intinya, ketika kita dihadapkan pada sebuah persoalan yang relatif cukup berat, seperti pasangan terkena stroke, kanker atau penyakit yang tidak mungkin disembuhkan. Lalu apa kita akan meninggalkan pasangan kita dan beralih ke lain hati? Seberapa sayang dan saling mencintai sesungguhnya diri kita terhadap pasangan? Di situasi seperti inilah menurut saya cinta pasutri akan teruji.

ilustrasi: shutterstock
Saya pribadi ingin berkaca pada kisah cinta orang zaman dahulu, sosok eyang-eyang saya baik dari pihak Bapak maupun Ibu, yang bisa mempertahankan ikatan tali cinta mereka hingga maut memisahkan. Insya Allah, saya dan keturunan saya kelak dapat mengikuti jejak mereka. Begitupula cita-cita anda pembaca blog saya bukan?  hehehe
Well, tulisan ini semata-mata sebagai ungkapan keprihatinan saya terhadap persoalan hati manusia yang semakin kompleks di zaman modern ini, yang juga menjadi problem sosial masyarakat masa kini.  Semoga bisa menghibur dan mencerahkan yaa.

See U  

8 comments:

  1. Usahakan rejekinya tidak bercampur dengan riba, Mba. Soalnya uang riba itu bs membuat panas di dalam rumah tangga. Dan bs menjadi sumber masalah dalam segala urusan

    ReplyDelete
  2. Aminnn. Aku pun berharap yang sama. Semoga kita bisa ya, Mba Muti. It takes two to tango, indeed!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, sebuah hubungan membutuhkan peran kedua belah pihak :)

      Delete
  3. Mba MUti terima kasih ya tulisannya. Aku setuju banget bahwa mempertahankan pernikahan itu tak mudah namun harus dilakukan ya mba

    ReplyDelete
  4. Cerita cinta selalu menarik untuk diperbincangkan. Mangkanya gosip2 percintaan mulai dari pacaran, nikah, sampai cerai itu laku abissss...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, segala hal yang berkaitan dengan cinta selalu menarik untuk dibahas

      Delete