Cerita Cinta
Beragam kisah cinta dan perseteruan para public figure yang banyak menghiasi media massa akhir-akhir ini, membuat saya pengen mengulas tentang hubungan cinta antara pasangan suami istri alias pasutri yang sedikit banyak dibumbui rasa sayang dan sebel-sebelan, hihi... Bagi saya, menulis tentang hal ini ibarat sebuah renungan, ide tulisan ini berawal dari rasa gemas saya terhadap problematika kehidupan pasutri yang acap kali berpindah ke layar kaca maupun media sosial. Baik kehidupan para public figure maupun para tokoh masyarakat atau orang awam. Ntah kenapa, sesuai pengamatan saya terhadap perkembangan media massa, khususnya media infotainment maupun medsos yang mungkin dalam sepuluh tahun terakhir ini gencar membicarakan gosip perkawinan artis. Seolah-olah masalah "dapur rumah tangga" seseorang menjadi konsumsi publik...What a life?
Beragam kisah cinta dan perseteruan para public figure yang banyak menghiasi media massa akhir-akhir ini, membuat saya pengen mengulas tentang hubungan cinta antara pasangan suami istri alias pasutri yang sedikit banyak dibumbui rasa sayang dan sebel-sebelan, hihi... Bagi saya, menulis tentang hal ini ibarat sebuah renungan, ide tulisan ini berawal dari rasa gemas saya terhadap problematika kehidupan pasutri yang acap kali berpindah ke layar kaca maupun media sosial. Baik kehidupan para public figure maupun para tokoh masyarakat atau orang awam. Ntah kenapa, sesuai pengamatan saya terhadap perkembangan media massa, khususnya media infotainment maupun medsos yang mungkin dalam sepuluh tahun terakhir ini gencar membicarakan gosip perkawinan artis. Seolah-olah masalah "dapur rumah tangga" seseorang menjadi konsumsi publik...What a life?
ilustrasi: shutterstock |
Apalagi
gosip seputar perceraian artis maupun public
figure yang mendatangi kita tak mengenal waktu, baik di pagi hari,
siang atau malam hari. Berita-berita tsb menyelinap masuk ke pikiran kita, yaa merasuki alam bawah sadar
secara tak langsung. Saya juga gak yakin apa di luar sana sudah ada
penelitian psikolog yang khusus mengkaji dampak pemberitaan artis kawin cerai
terhadap cara pandang masyarakat Indonesia terhadap nilai-nilai pernikahan,
sehingga begitu mudahnya seseorang di masa kini mengucapkan "kata
berpisah" atau " bercerai". Dulu di awal-awal program infotainment
bermunculan di
awal tahun 2000-an,
saya pribadi suka nonton beberapa
program
infotainment
yang
menurut saya lumayan menghibur & masih proporsional. Namun
lama kelamaan, seiring maraknya program semacam, pemberitaan yang diulang-ulang
ngebahas perceraian membuat saya jenuh atau
eneg. Sekarang
untuk meng-update info mengenai berita artis, saya lebih memilih membaca dari
situs berita online. Yaa setidaknya untuk tetap update berita infotainment, saya lebih
leluasa memilah dan punya stok bahan obrolan bersama buibuk hehehe, wah
kok jadi ngelantur yaa.
ilustrasi: shutterstock |
Dari beberapa cerita yang pernah saya baca, adanya pria idaman lain (PIL) maupun wanita
idaman lain (WIL), dan masalah ekonomi menjadi persoalan
utama berakhirnya sebuah ikatan
pernikahan. Penyebab keretakan hubungan dalam rumah tangga bisa
disebabkan oleh berbagai hal, baik dari diri sendiri
maupun pengaruh pihak luar atau lingkungan. Memang, masalah perceraian atau perselingkuhan
sudah terjadi sejak zaman dahulu, masalah klasik yang saya sendiri gak tau pasti berapa jumlah kasusnya. Kira-kira
berapa persen kenaikan kasus
perceraian dalam 10-15 tahun terakhir dan apa saja penyebabnya? Apa iya, pemberitaan mengenai kawin cerai mendominasi pemicu kasus perceraian
atau perselingkuhan di Indonesia? Dalam arti, seseorang atau masyarakat menjadi
semakin permisif, atau “terbiasa” memandang keretakan hubungan cinta pasutri...who knows?
Hold On To Your Commitment
Intinya sih yang mau saya obrolin, ketika kita
sudah memiliki komitmen untuk menikah dengan seseorang, jagalah kepercayaan dan
janji kita. Saya
sendiri punya pandangan pribadi, menjalani pernikahan sudah
seharusnya berpegang pada slogan "Till Death Do Us Apart ". Memang dalam setiap perjalanan pernikahan kita
pasti akan mengalami beragam kendala, seribu
satu persoalan akan kita temui, begitulah kira-kira wejangan para
orangtua ketika menikahkan anak-anaknya. Tentunya, ditengah derasnya arus informasi di zaman millennium
ini, semoga kita tetap bisa memegang teguh nilai-nilai keluarga ya. Kita
tidak pernah boleh lelah untuk terus berusaha mewujudkan surga dunia akhirat. Psst ini bukan promosi judul film yang lumayan
nge-hits di bioskop lho yaa :)
It
takes two to tango, pepatah barat ini bisa menjadi cerminan buat kita
bagaimana menjalani hubungan antara suami istri. Keberhasilan suatu hubungan pastinya
membutuhkan peran serta kedua belah pihak. Ingat, bukan hanya salah satu pihak
saja !
Tak ada
salahnya pihak istri ber-inisiatif dalam menangani urusan rumah
tangga, tak selalu harus menunggu peran serta suami sebagaimana yang banyak terjadi dalam tradisi atau budaya masyarakat di
Indonesia. Menjadi pro aktif dalam menangani urusan rumah tangga menjadi
kewajiban bagi perempuan, sama halnya bagi kaum pria.
ilustrasi: shutterstock |
Belum
lagi dalam menempuh biduk pernikahan, baik sosok suami
maupun istri akan menemui aneka
perbedaan karakter, sifat, kebiasaan berbeda
antara
suami vs istrinya. Tentunya, hal
ini
perlu disikapi dengan bijaksana dan penuh toleransi. Perbedaan-perbedaan
ini acapkali baru ketahuan setelah pasangan tersebut menikah, atau baru muncul
setelah menikah. Misalnya sang suami tipikal orang yang suka bebenah rumah, di
sisi lain sang istri kurang senang merapikan rumah. Atau sang suami sembarangan
meletakkan barang-barang, di pihak lain sang istri senang mengatur barang
dengan rapi. Hal-hal yang nampaknya kecil, sepele semacam ini bisa menjadi
pemicu pertikaian dalam beberapa kasus. Sejuta kejutan yang mungkin terjadi setelah
mengucap Janji Setia Sehidup Semati, memang perlu dihadapi dengan lapang dada tho.
ilustrasi: shutterstock |
Perpisahan
atau perceraian, kenapa
bisa terjadi? Banyak pemicunya...dari obrolan dengan beberapa teman yang pernah
mengalami, perselingkuhan menjadi mayoritas masalah. Yaa, perselingkuhan bisa terjadi baik dari pihak laki-laki maupun perempuan. Biasanya
nih, kedekatan
pertemanan antara dua mahluk berbeda jenis kelamin diawali
dari atensi atau perhatian, apalagi bila salah satu pihak kebetulan sedang memiliki problem dalam rumah tangganya. Bila seseorang curhat dengan teman lawan jenis
mengenai masalah dalam rumah tangganya, tentu menjadi celah ketika curhatan tersebut
disambut dengan tangan terbuka oleh
pihak lainnya.
ilustrasi: shutterstock |
Satu
lagi, dampak kemajuan teknologi komunikasi yang dimanfaatkan secara menyimpang menjadi
problem masa kini. Di zaman
sekarang dengan kecanggihan teknologi yang mempermudah interaksi, curhat,
curcol seperti "senjata makan tuan" bila tak digunakan secara bijak. O iya perselingkuhan ini jangan diartikan semata-mata
dalam arti melakukan
kontak fisik atau hubungan seksual lho. Selingkuh hati dalam arti menjalin hubungan secara emosional dengan
seseorang yang bukan pasangan resmi, umumnya diawali dari saling curhat, misal saling kirim sms mesra atau
via WhatsApp dan aplikasi media sosial lainnya, bertukar foto, memiliki panggilan
sayang dengan seseorang yang bukan suami atau istrinya. Kuncinya adalah bagaimana kita dapat membatasi diri,
mengerem mana yang patut dan tidak patut untuk kita lakukan dengan lawan jenis yang bukan pasangan
resmi. Ketika seseorang terlena, ibarat
seseorang yang sedang jatuh cinta, serasa berada diawang-awang, atau mabuk kepayang. Peribahasa Jawa yang berbunyi “Witing Tresno Jalaran Soko Kulino”, yang
bermakna cinta tumbuh karena terbiasa, atau munculnya benih-benih asmara karena
terbiasa berinteraksi, setidaknya dapat menggambarkan situasi ketika seseorang
jatuh hati.
ilustrasi: shutterstock |
Ibarat
peribahasa "Rumput tetangga terlihat lebih hijau" , kalau kata orang bule, “The grass is always greener on the other side”. Kalau
kita hanya menilai seseorang secara fisik atau material, wah tentu di dunia ini
banyak yang lebih...dan lebih lagi. Yaa lebih ganteng dan lebih cantik
dibanding pasangan kita. So remember that, Marriage is not only for physical reasons,
but also to fullfil your heart and your soul.
Well, disini saya tak menghakimi kasus-kasus yang banyak terjadi di seputar kita, maupun kasus public figure yang mencuat di berbagai media massa dan menjadi perbincangan hangat. Kalau membaca berita atau mendengar beragam kasus tersebut rasanya hati saya menjadi kesal bercampur dongkol. Perceraian atau perselingkuhan memang tak mengenal batasan, hal ini bisa terjadi pada siapapun termasuk orang awam. Hanya saja karena sosok artis atau public figure diberitakan di media massa, sehingga seolah-olah kalangan tertentu saja yang doyan kawin cerai. Padahal, berdasar data rekap angka perceraian di salah satu pengadilan agama di Jakarta misalnya, rata-rata terdapat sekitar 100 kasus perceraian setiap bulan sepanjang tahun 2016. Pengadilan agama membagi penyebab perceraian menjadi 15 poin. Meski tak spesifik menyebutkan perselingkuhan, dari data tergambar beberapa masalah utama seperti ketidakharmonisan, faktor ekonomi, krisis akhlak dan tidak bertanggung jawab menjadi mayoritas alasan pasutri bercerai.
Well, disini saya tak menghakimi kasus-kasus yang banyak terjadi di seputar kita, maupun kasus public figure yang mencuat di berbagai media massa dan menjadi perbincangan hangat. Kalau membaca berita atau mendengar beragam kasus tersebut rasanya hati saya menjadi kesal bercampur dongkol. Perceraian atau perselingkuhan memang tak mengenal batasan, hal ini bisa terjadi pada siapapun termasuk orang awam. Hanya saja karena sosok artis atau public figure diberitakan di media massa, sehingga seolah-olah kalangan tertentu saja yang doyan kawin cerai. Padahal, berdasar data rekap angka perceraian di salah satu pengadilan agama di Jakarta misalnya, rata-rata terdapat sekitar 100 kasus perceraian setiap bulan sepanjang tahun 2016. Pengadilan agama membagi penyebab perceraian menjadi 15 poin. Meski tak spesifik menyebutkan perselingkuhan, dari data tergambar beberapa masalah utama seperti ketidakharmonisan, faktor ekonomi, krisis akhlak dan tidak bertanggung jawab menjadi mayoritas alasan pasutri bercerai.
ilustrasi: shutterstock |
ilustrasi: shutterstock |
Ketika menjalani kehidupan pernikahan, manusia pasti akan menemui beragam kendala, cobaan, dan ujian. Seberapa kuat kita menghadapi segala problem
yang menguji kesabaran menjadi
kunci. Perlu diingat, badai dalam pernikahan bisa terjadi pada siapapun. Gak
selalu pasutri yang sama-sama bekerja, atau pekerja kantoran yang diasumsikan memiliki peluang lebih besar dalam
perselingkuhan karena waktunya lebih banyak
dihabiskan di luar rumah. Kasus semacam ini bisa terjadi bagi pasutri yang
salah satunya tak bekerja semisal istri menjadi ibu rumahtangga, atau suaminya
yang menjadi bapak rumah tangga, atau kedua pihak sama-sama berwirausaha, atau bekerja dari rumah,
pekerja freelance dll. Menurut saya,
kasus semacam ini tak
berkorelasi dengan pekerjaan atau profesi tertentu. Dimanapun dan kapanpun, setiap tindakan yang
menyimpang mungkin saja terjadi, terlebih bila ada peluang dan kesempatan. Nah,
sekarang tinggal sosok pribadi manusianya, apakah akan menuruti hawa nafsu atau
bisa mengendalikan dirinya sendiri.
ilustrasi: shutterstock |
Saya
pribadi salut dengan para pasutri public
figure, yang tetap setia mendampingi di saat pasangannya sakit dan ikhlas merawat
pasangannya hingga akhir hayat. Contohnya istri dari alm. penyanyi Chrisye,
istri dari alm. komedian Pepeng. Intinya, ketika kita dihadapkan pada sebuah
persoalan yang relatif cukup berat, seperti pasangan terkena stroke, kanker
atau penyakit yang tidak mungkin disembuhkan. Lalu apa kita akan meninggalkan
pasangan kita dan beralih ke lain hati? Seberapa sayang dan saling mencintai
sesungguhnya diri kita terhadap pasangan? Di situasi seperti inilah menurut
saya cinta pasutri akan teruji.
ilustrasi: shutterstock |
Saya pribadi ingin berkaca pada kisah cinta orang zaman dahulu, sosok eyang-eyang saya baik dari pihak Bapak maupun Ibu,
yang bisa mempertahankan ikatan tali cinta mereka hingga maut memisahkan. Insya
Allah, saya dan keturunan saya kelak dapat
mengikuti jejak mereka. Begitupula cita-cita anda pembaca blog saya bukan? hehehe
Well, tulisan ini semata-mata sebagai ungkapan keprihatinan saya terhadap persoalan hati
manusia yang semakin kompleks di zaman modern ini, yang juga menjadi problem sosial masyarakat masa
kini. Semoga bisa menghibur dan mencerahkan yaa.
See U
Usahakan rejekinya tidak bercampur dengan riba, Mba. Soalnya uang riba itu bs membuat panas di dalam rumah tangga. Dan bs menjadi sumber masalah dalam segala urusan
ReplyDeleteSetuju mba
DeleteAminnn. Aku pun berharap yang sama. Semoga kita bisa ya, Mba Muti. It takes two to tango, indeed!
ReplyDeleteYup, sebuah hubungan membutuhkan peran kedua belah pihak :)
DeleteMba MUti terima kasih ya tulisannya. Aku setuju banget bahwa mempertahankan pernikahan itu tak mudah namun harus dilakukan ya mba
ReplyDeleteIya, kita harus selalu berusaha dan berdoa
DeleteCerita cinta selalu menarik untuk diperbincangkan. Mangkanya gosip2 percintaan mulai dari pacaran, nikah, sampai cerai itu laku abissss...
ReplyDeleteIya mba, segala hal yang berkaitan dengan cinta selalu menarik untuk dibahas
Delete