Tuesday, October 15, 2019

Bijak Bermedsos di Masa Kini


Bermain Media Sosial
Bijak bermedsos mungkin terdengar klise di telinga kita akhir-akhir ini. Coba menengok ke belakang, beberapa tahun silam. Di awal tahun 2000an, penggunaan internet mulai berkembang di Indonesia. Perlahan satu per satu, platform media sosial marak digunakan. Media sosial mulai akrab bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Mulai dari Friendster dan Path yang sudah tutup, hingga Facebook platform terpopuler di Indonesia. Lalu diikuti aneka ragam platform lainnya, seperti Whatsapp, Instagram, Twitter. Kini hampir dua dekade berjalan. Jelang penghujung tahun 2019, konon sikap atau perilaku orang menggunakan media sosial belum banyak berubah.

Terlepas dari pandangan pribadi, kepercayaan atau agama yang dianut. Sebagai pengguna media sosial, saya mengamati masih banyak orang yang saling kritik tanpa ber-etika. Kalau zaman dulu, istilahnya asal nge-jeplak, atau mungkin lebih populer dengan sebutan nyinyir di zaman sekarang. Banyak kritikan atau komentar diunggah tanpa pikir-pikir dulu. Makanya marak slogan sosialisasi di ruang publik seperti “Think before sharing” atau “Think before posting”. 
Bijak Bermedsos di Masa Kini
Source: Pixabay

Saya pribadi menggunakan media sosial, sebagai sarana mencari informasi. Informasi apapun yang dirasa bermanfaat buat kehidupan saya sehari-hari. Baik soal masakan, tips kesehatan, cara berolahraga dan sesekali mengikuti gosip artis. Walaupun, rasanya tiap saat, tiap detik, selalu banjir informasi. Informasi yang berlimpah di lini media sosial membuat kita perlu menyaring, mana saja informasi yang benar atau informasi bohong alias berita hoaks. Memang, setiap orang punya hak dan kebebasan pribadi untuk menggunakan media sosial yang dimilikinya. Malah sebagian orang punya lebih dari satu akun di media sosial tertentu. Apakah akun media sosial tsb digunakan untuk kepentingan pribadi, kepentingan bisnis atau menjadi hal bermanfaat buat komunitas. Tentu, kita juga perlu berhati-hati sebelum meneruskan informasi apapun yang diperoleh. Bersikap cermat dan waspada rasanya bisa menjadi pegangan, buat siapapun yang aktif menggunakan media sosial.


Bijak Bermedsos di Masa Kini
Source: shutterstock

UU ITE di Indonesia
Tulisan saya ini sama sekali gak bermaksud menggurui siapapun, hanya sebuah ulasan sebagai ungkapan keprihatinan saja. Saya  merasa prihatin dengan perkembangan penggunaan media sosial saat ini, apalagi ditengah makin banyaknya masyarakat yang tersandung kasus UU ITE (Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik). Ya, di Indonesia siapapun harus bijak dan bertanggungjawab ketika mengunggah sesuatu di media sosial. Bagaimanapun media sosial milik pribadi sekaligus menjadi ruang publik yang bisa dibaca, dan dilihat semua orang sedunia. Bila dirasa ada pelanggaran, seseorang bisa dilaporkan oleh pihak yang merasa dirugikan atau laporan atas dugaan pencemaran nama baik. Terlepas dari status atau keanggotaan diri kita di suatu organisasi, lembaga, atau institusi. Baik di sektor pemerintahan maupun sektor swasta. Cara kita berinteraksi di media sosial, melekat dengan citra diri kita. Kalau ingat nasihat Ibu, pandai-pandailah membawa diri dimanapun kamu berada nak. Buat orang di zaman sekarang, nasihat semacam ini mungkin agak susah-susah gampang diterapkan. Atau pepatah mulutmu harimaumu mungkin kurang relevan, akan lebih cocok bila diganti menjadi jaga jempolmu atau jarimu harimaumu hehehe. Kira-kira sebagai peribahasa yang bisa menggambarkan bahwa, pentingnya seseorang menjaga sikapnya, atau jarinya saat bermain di media sosial.

Bijak Bermedsos di Masa Kini
Source: shutterstock
Semoga saja kita bisa selalu bijak dalam bermedsos. Alias gak gatel jarinya pengen ikutan komen, atau dikit-dikit kasih komentar. Padahal nih, belum tentu kita tahu persis masalahnya, atau bahkan kita gak kenal sama sekali dengan orang yang ramai dikomentari. Istilahnya, jangan asal sekedar ikut meramaikan. Iya kalau hal yang dikomentarin masih dalam batas wajar, kalau sudah menyangkut harga diri seseorang atau menjurus ke hal pribadi yang bisa menyinggung perasaan. Bakal repot ujung-ujungnya. Sudah banyak contoh, kasus warga biasa maupun orang terkenal yang diproses hukum karena membuat postingan di media sosial miliknya, dengan konten yang menyinggung pihak lain.

Bijak Bermedsos di Masa Kini
Source: Pixabay
Santun Menggunakan Media Sosial
Berkaca dari sejumlah kasus perundungan di media sosial yang diduga bisa menyebabkan seseorang menjadi depresi hingga melakukan hal di luar batas. Kasus di luar negeri misalnya, kasus kematian artis yang  ramai diperbincangkan di media sosial karena diduga artis mengakhiri hidupnya dipicu perundungan di media sosial. Terus terang, saya pikir perlu pakar di bidang terkait seperti  psikolog atau psikiater untuk membuktikan secara ilmiah korelasi hal-hal semacam ini. Saya pernah baca juga, ada kasus serupa dimana seorang remaja di sebuah negara di benua Eropa menjadi depresi karena foto vulgarnya tersebar di dunia maya. It happened and happened again. Semoga saja, para pengguna media sosial bisa lebih berhati-hati dan menggunakan kata yang sewajarnya ketika mengunggah komentar. Meski kita tak punya niat, prasangka atau tujuan menyudutkan pihak tertentu, jangan sampai unggahan kita seakan-akan menghakimi seseorang atau menyakiti hati orang lain. Korelasi antara unggahan netizen di media sosial  dan dampaknya terhadap faktor psikis seseorang memang perlu penelitian ilmiah lebih lanjut. Namun, sikap kita yang mencerminkan tata krama dan santun dalam berperilaku di media sosial, setidaknya diharapkan bisa mengurangi atau meminimalisir dampak negatif, yang barangkali bisa muncul di dunia maya. So, keep it the right way.

It has been a long time, I didn’t write on my blog. Please share your comment here, then I will visit to your blog too.
Thanks

10 comments:

  1. Heran juga sih. Sekarang ini banyak pengguna sosmed yang suka asal komentar. Gak jarang isi komentarnya negatif. Saling menjelekkan, berkata semaunya, kritik sembarang tempat.

    Minimal kita bisa menahan diri agar tidak ikut-ikutan terlibat. Kalau bisa juga mengingatkan orang disekitar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju, lebih baik gak usah ikutan komentar daripada memperkeruh suasana

      Delete
  2. iya kita hrs hati2 salah sedikit bisa jadi masalah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mbak, sebaiknya kita lebih berhati-hati komentar di media sosial

      Delete
  3. Syukurnya sy ga terlalu tergantung atau tipe yg bentar" update status ato apalah... Krn kebanyakan think before sharing dan think before posting akhirnya mlhan jarang sharing dan posting saya... Cukup baca dan liat postingan org saja.. Yg bermanfaat di ambil yg alay ya tinggalin 😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga suka bacain komen yang lucu-lucu, kalau liat komen yang memihak atau yang tendensius mending tinggalin aja

      Delete
  4. aku cuma takut jatuhnya fitnah kalo smpe menuliskan hal2 yg sbnrnya aku ga tau pasti kebenarannya kayak apa :(. prinsipku, kalo memang ga tau, lbh baik diam. Tapi seandainya tau, kenapa ga menuliskan dgn kata2 sopan dnan tidak menyakitkan. kadang ga ngerti kenapa orang2 itu mudaah bgt menuliskan kata2 kasar utk org lain :(. Gimana kalo seandainya dia yg dibegitukan.. nth di mana salahnya.. orang tua yg tidak mengajarkan etika sedari kecil, ato dia yg keblinger krn lingkungannya.. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa fitnah lebih kejam dari Ibukota, mungkin banyak orang yang latah sekedar ikut-ikutan atau terbawa suasana ya

      Delete
  5. Sepertinya org skrg gada santun2 nya pake medsos,, kita lah mulai utk membuang toxic dr medsos,, kalo cara sih,, puasa medsos paling gak sebulan sekali dlm setahun hehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Puasa medsos emang perlu nih, biar pikiran tetap waras hehe

      Delete