Digital
Life
Kehidupan masyarakat masa kini pasti tak terlepas dari
internet. Terlebih, warga yang tinggal di kota besar pada umumnya selalu
terhubung melalui internet. Saya sendiri lebih banyak menggunakan internet
untuk mencari informasi yang relevan terkait pekerjaan sehari-hari, membantu
mempercepat proses kerja dan saling berkorespondensi via email. Keberadaan
internet maupun sistem digital sangat menunjang aktivitas manusia modern yang
super sibuk, termasuk mempermudah penyelesaian pekerjaan. Di sisi lain, pertemuan
secara fisik tetap diperlukan, karena manusia sebagai mahkluk sosial tetap
membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Pertemuan secara fisik maupun
pertemuan di dunia maya saling melengkapi satu sama lain dalam berbagai
kegiatan bisnis.sumber: pixabay |
Bisnis
Digital vs Bisnis Konvensional
Di era awal bisnis internet bermunculan pada tahun
2000an, dikenal istilah Internet Bubble.
Dimana pada saat itu, bermunculan bisnis-bisnis baru berbasis internet dan
banyak juga bisnis yang berguguran karena berbagai alasan. Saat ini digitalisasi
bisnis merupakan hal mutlak. Konsumen bukan hanya sekedar bisa membeli makanan,
membeli pakaian, memesan tiket hotel atau pesawat. Namun bisnis berbasis
internet tumbuh di berbagai sektor kehidupan, seperti hadirnya model bisnis
ojek online, mobil rental online, membeli pulsa ponsel secara online, dsb. Intinya
bisnis berbasis internet semakin marak, semua orang seakan berlomba-lomba
membuat bisnis online. Namun apakah bisnis online sudah berjalan dengan baik di
semua lini? Rasanya sih belum semua berjalan sesuai harapan ya, tentu perlu evaluasi
secara berkala. Bisnis yang semula hanya berupa toko fisik atau offline store
kini mulai tergerus ceruk pasar bisnis online yang terus mengalami pertumbuhan.
Tentu, semua jenis bisnis memiliki plus minus masing-masing.sumber: shutterstock |
Menurut saya, ada jenis produk yang cocok memiliki toko konvensional dan toko online bersamaan. Ada jenis bisnis yang hanya cocok memiliki toko konvensional atau sebaliknya ada bisnis yang hanya cocok memiliki toko online semata. Banyak hal tentu yang bisa menjadi pertimbangan. Saya pribadi terkadang menggunakan jasa bisnis online, hanya untuk beberapa produk atau jasa. Pada beberapa hal seperti produk pakaian, saya lebih memilih membeli ke toko konvensional sehingga saya bisa mencoba terlebih dahulu, apakah pas dan nyaman di tubuh. Rasanya, di masa depan bisnis online akan berkembang jauh lebih pesat dan bisnis konvensional (offline) tetap dibutuhkan untuk saling melengkapi keberadaan entitas bisnis. Tak dipungkiri, ada banyak kemungkinan jumlah pasar atau konsumen bisnis offline akan mengecil, dan berpindah ke pasar online. Perilaku konsumen dalam berbelanja memang kerap mengalami perubahan, khususnya dalam beberapa tahun terakhir. Kalau dipikir-pikir bentuk dari bisnis online seperti proses metamorfosis, semula orang menjalankan business as usual, model bisnis dengan membuka toko lalu berubah menjadi bisnis online saja. Adapula entitas bisnis yang memiliki kedua bentuk toko offline dan online store.
Sistem
Online dalam Bisnis Digital
Bisnis berbasis digital yang menerapkan pendaftaran
online sudah terjadi di berbagai sektor, contohnya sistem antrean pasien. Di
beberapa rumah sakit misalnya, sudah mulai menerapkan sistem online, dimana
pasien dapat mendaftar melalui aplikasi media sosial dan pasien dapat segera
mengetahui akan ditangani oleh dokter tertentu pada jam sekian. Namun apakah
pelaksanaan sistem digital tsb sudah berjalan secara efektif dan efisien?
Banyak hal yang perlu dievaluasi secara kontinu dan diperbaiki agar sistem
bisnis berbasis digital berjalan lancar. Misal apakah ada petugas maupun staf
yang didedikasikan untuk menangani keluhan konsumen secara khusus 24 jam? Atau
setidaknya berdedikasi menangani media sosial perusahaan secara penuh saat jam
kerja? Kenapa hal ini penting? kalau
kita bicara masalah online atau bisnis berbasis digital, memang membawa
serangkaian konsekuensi yang mesti dijalani sehingga bisnis yang dijalani
memang sungguh-sungguh berbasis digital. Bukan sekedar berlabel digital saja,
hanya karena perusahaan sudah memiliki website, dan aplikasi media sosial
lainnya, lalu dirasa cukup? Apa jadinya bila konsumen sulit menghubungi staf
atau perusahaan, dan pihak perusahaan lamban merespons. Tentu hal ini menjadi celah
yang membuka potensi konsumen berpindah menggunakan jasa atau produk perusahaan
lain. Saya jadi teringat ucapan dosen saya saat di bangku kuliah ilmu manajemen, bahwa terlibat dalam sosial media merupakan hal mutlak yang tak bisa dihindari bagi sebuah entitas bisnis. Namun, hal yang lebih penting adalah seberapa cepat respons perusahaan dalam menangani keluhan pelanggan maupun pertanyaan dari para konsumen di sosial media tsb. Semakin cepat merespons atau semakin cepat solusi terpenuhi akan membuat image atau citra perusahaan semakin positif, begitupula sebaliknya. Mengapa elemen responsif sangat penting? menurut saya, komunikasi dua arah antara perusahaan dengan konsumen atau pelanggannya adalah hal mendasar yang wajib dimiliki untuk kesuksesan bisnis siapapun.
sumber: shutterstock |
Contoh lain penerapan sistem online di sektor pelayanan publik. Sistem pembuatan paspor saat ini dilakukan via pendaftaran online di situs tertentu atau pendaftaran via whatsapp. Pengalaman rekan kerja saya yang beberapa kali mencoba mendaftar ke kantor imigrasi di kota Jakarta melalui sistem online selalu gagal, selalu muncul jawaban kuota penuh. Teman saya akhirnya berhasil mendaftar via whatsapp dengan jadwal tersedia sekitar satu setengah bulan mendatang, di imigrasi kota Bogor. Bayangkan, ketika jumlah lonjakan konsumen dalam hal ini para calon pembuat paspor membludak sementara jumlah kuota harian terbatas, memicu antrean panjang. Saat juga belum tahu persis apakah sistem ini sudah berjalan efektif? Ketika konsumen mau tak mau “terpaksa” mendaftar secara online atau via aplikasi dan tak ada pilihan untuk antre langsung atau sistem “walk in”. Lalu bagaimana yaa nasib masyarakat yang mungkin memiliki keperluan mendesak, dan harus segera membuat paspor?
Response
Your Consumer A.S.A.P
Menurut saya, seberapa cepat atau seberapa responsif
tim dari sebuah entitas bisnis menangani atau menanggapi keluhan konsumennya
menjadi hal krusial. Bagaimana pihak
perusahaan berinteraksi dengan pelanggannya sesegera mungkin alias as
soon as possible, That’s the key
of future bisnis. Bukan hanya soal keluhan saja. Saya amati banyak entitas
bisnis menyelenggarakan serangkaian lomba atau kuis melalui platform digital
atau media sosial resmi perusahaan seperti twitter, instagram, facebook. Namun
rasanya belum semua perusahaan bisa memproses pengumuman dan pemberian hadiah
bagi para pemenangnya secara cepat. Meski perusahaan tak menjanjikan dalam
kurun waktu tertentu, saya berpendapat sesegera mungkin akan lebih baik.
Bagaimanapun penyelenggaraan lomba adalah salah satu upaya untuk meningkatkan
citra perusahaan dan branding merek produk. Rasanya waktu tunggu 1 bulan bisa
menjadi batas waktu maksimal bagi konsumen menantikan hadiah yang tak kunjung
tiba. Terkadang pihak perusahaan tak memberi pengumuman sama sekali, seperti informasi
proses pemberian hadiahnya. Padahal, hal
yang terlihat sepele ini sama pentingnya dengan merespon pelanggan yang ingin
membeli produk atau jasa. Hal mendasar, dalam sebuah bisnis setiap kegiatan atau
kebijakan perusahaan yang diumumkan ke publik, selalu diamati para konsumennya.
Menurut saya, sebaiknya, ketika mengadakan even atau lomba, pihak penyelenggara
perlu memberi kepastian waktu bagi konsumen. Apalagi konsumen zaman sekarang
semakin kritis, banyak cara bagi konsumen komplain atau menyampaikan uneg-uneg
mereka. Kuncinya, lagi-lagi masalah komunikasi. Perusahaan bisa menggunakan bahasa
sederhana yang umum dipakai sehari-hari, seperti mohon bersabar hadiah akan
kami proses dalam waktu 3 hari atau dalam waktu seminggu. Hal semacam ini tentu
akan membuat konsumen nyaman dan tidak bertanya-tanya. Jangan sampai konsumen
menunggu kepastian datangnya hadiah atau pengumuman itu seperti rasanya
“digantung” serasa menunggu jawaban pacar saat diajak menikah hehe.sumber: pixabay |
Branding suatu produk bukan sekedar membuat iklan yang bagus, menarik sehingga dapat mendongkrak angka penjualan. Hemat saya, citra atau image perusahaan juga dipengaruhi berbagai hal, sehingga konsumen bisa percaya terhadap brand tersebut. Kepercayaan konsumen inilah sebenarnya yang menjaga kelanggengan perusahaan dalam jangka panjang. Sayangnya, mungkin belum semua perusahaan menyadari pentingnya berkomunikasi dua arah dengan konsumennya, dan memikirkan aspek-aspek lain yang bisa mempengaruhi image perusahaan di tengah derasnya arus informasi serta berkembangnya aplikasi sosial media.
sumber: shutterstock |
Pengalaman teman saya yang juga seorang blogger, saat
memenangkan hadiah lomba menulis dari sebuah start up situs oleh-oleh online
bisa menjadi contoh positif. Tak kurang dalam waktu sepekan, proses pengumuman
hingga pemberian hadiah serta souvenirnya sudah tersampaikan ke teman saya
tersebut. Salut buat beberapa brand start up yang mengaplikasikan teori “Don’t make your consumer wait for you”,
sebagaimana halnya mengeksekusi jargon bisnis “Konsumen adalah Raja”. Last but
not least, berbagai aspek perlu dipikirkan para pelaku bisnis digital bukan
hanya buat perusahaan besar, namun termasuk start up company atau usaha
rumahan. Selain bersikap responsif, cepat dalam menangani problem. Seberapa
cepat menangani keluhan konsumen, seberapa cepat barang diantar ke tangan
konsumen, seberapa cepat penyelesaian pengembalian atau penukaran barang,
seberapa cepat pemberian hadiah bagi konsumen, and many more.
Masalah lain dalam bisnis digital, soal ketersediaan
jaringan internet dan kestabilan koneksi internet di Indonesia. Rasanya kita
menyadari bahwa belum setiap daerah di Indonesia hingga pelosok desa, tersedia
jaringan internet yang memadai. Di kota-kota besar saja, terkadang kerap
terjadi gangguan jaringan internet. Masih banyak peer yang harus dibenahi
supaya bisnis online bisa berjalan lancar dan menggerakkan perekonomian bangsa
khususnya usaha UKM, termasuk bisnis rintisan. Ada hal penting lain yang juga
perlu dipikirkan, bagaimana sistem digital ini bisa meningkatkan peluang
seseorang untuk bekerja dengan lebih produktif.sumber: shutterstock |
Bagaimana pendapat anda, silahkan berbagi
Cheers
Buat saya, teknologi sejatinya memudahkan kehidupan manusia. Kalo malah nyusahin, mending cari opsi lain.
ReplyDeleteBetul mba, jangan sampe manusia menjadi korban kecanggihan teknologi yaa
DeleteSeharusnya jika serba digital, responnya juga lebih cepat ya mba. Aku terbantu jika ada yang berbelanja dan responnya cepat. Terima kasih sudah berbagi mba
ReplyDeleteYup, kalo sudah berlabel digital atau online sebaiknya sistem dan metode pelayanan pelanggan lebih responsif
DeleteBener mba.. dunia off line dan on line, semuanya masih dibutuhkan. Saling melengkapi klo memurut saya. Ada bbrp yang sangat nyaman bekanja dwngan menggerakkan jempol..tp ada jg bbrp yang lebih mantep beli offline..bisa megang barang sebelum bayar
ReplyDeleteSetuju mba, apalagi kalo beli sayur mayur & buah, lebih puas memilih langsung supaya terlihat segar atau gaknya
Deletejualan online dan jualan offline saling melengkapi, kayak siang dan malam. Hihi. Saya suka dua-duanya sih...
ReplyDeleteIya mba,tiap orang punya selera berbelanja yang berbeda, asal cocok di kantong yah hehe
DeleteMenurut saya jualan secara konvensional di masa sekarang kalau mau besar juga sebaiknya buka toko online supaya lbh luas pasarnya. Skrng banyak di mall2 yg buka lapak jualan online jg, bahkan melihat peluang itu ada penyedia jasa pengiriman barang ikut buka lapak jg di pusat perbelanjaan hehe
ReplyDeleteBisnis zaman sekarang lebih kompleks,gak ada salahnya punya toko konvensial dan toko online asal dipersiapkan dengan baik
Delete