Thursday, November 30, 2017

Rute Alternatif Berlibur ke Bali



Berlibur ke Bali di Saat Gunung Agung Erupsi ?
Akhir tahun sudah di depan mata, biasanya nih menjelang atau memasuki bulan Desember kita udah terbayang-bayang asiknya suasana liburan. Hawa-hawa liburan udah mulai menerpa saya juga.
Saya pengen banget berlibur ke Bali, pulau eksotis yang dikelilingi pantai-pantai cantik. Udah kebayang pengen main pasir di pinggir pantai, berlarian sambil menikmati debur ombak, atau sekedar duduk-duduk di tepi pantai sambil membaca buku kesukaan.Tapi, kondisi erupsi Gunung Agung yang berdampak terhadap buka tutup bandara alias dihentikannya penerbangan dari dan ke bandara Ngurah Rai di Bali, membuat saya berpikir ulang. Wah, kenapa ya ketika saya ingin jalan-jalan sejenak saja, kok cuaca gak bersahabat hihi. Untung belum pesen tiket pesawat, ya meski nanti bisa direfund tetap aja saya males ribet-ribet ngurus proses administrasinya.

sumber: PVMBG-KESDM
Aktivitas Gunung Agung di Bali ini masih fluktuatif, gak bisa ditebak kapan letusan akan terjadi. Who knows? Sejak awal bulan Agustus 2017 Gunung Agung mengalami peningkatan aktivitas kegempaan. Sejak 4 bulan lalu, Gunung Agung sudah mengalami beberapa kali erupsi atau letusan. Semburan abu vulkaniknya yang dapat membahayakan penerbangan. Bila abu mengarah ke pulau Jawa atau ke arah pulau Lombok, bisa jadi bandara Juanda juga ditutup. Bandara Lombok juga sudah buka tutup beberapa kali. Kemungkinan Bandara Ngurah Rai buka tutup sifatnya sangat fleksibel mengikuti perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Agung yang terletak di kabupaten Karangasem. Pada 14 September 2017 lalu, status Gunung Agung naik ke level 2 (Waspada), lalu pada 18 September 2017 status dinaikkan lagi menjadi level 3 (Siaga), dan pada 23 September 2017 status Gunung Agung menjadi level 4 (Awas). Seiring perkembangan aktivitas vulkanik, pada 29 Oktober 2017 status Gunung Agung turun menjadi level 3 (Siaga). Kurang dari sebulan, pada hari Minggu 26 November 2017 status Gunung Agung naik kembali menjadi level 4 (Awas). Jadi, dalam kurun waktu 4 bulan terakhir ini, Status Awas sudah dua kali. Pada status Awas, berarti warga setempat harus mempersiapkan diri bilamana letusan terjadi sewaktu-waktu. Namanya juga bencana alam, tak ada seorang pun yang bisa memprediksi toh. Nah makanya saya kudu menyiapkan beberapa skenario supaya rencana liburan ke Bali tetap aman dan nyaman.  

Rute Alternatif ke Bali
Ternyata masih banyak jalan menuju pulau Bali yang terkenal dengan sebutan pulau Dewata. Berikut beberapa cara yang sudah saya rangkum, dengan catatan situasi dampak abu letusan Gunung Agung tsb tidak berpengaruh terhadap bandara lain di sekitar pulau Bali.
1.Via Surabaya
Kita bisa naik pesawat terbang melalui bandara Juanda yang terletak di Sidoarjo, Jawa Timur. Nah setibanya di bandara atau Surabaya. Kita bisa melanjutkan perjalanan menggunakan bus pariwisata, kendaraan travel atau mobil rental menuju Bali.
2.Via Banyuwangi
Kita bisa naik pesawat terbang menuju Banyuwangi. Dari Banyuwangi bisa melanjutkan perjalanan menggunakan bus pariwisata, rental mobil, atau kendaraan travel menuju Bali.
3.Via Lombok
Menurut saya agak ekstrim dalam hal biaya nih hihi, karena kita bisa menggunakan pesawat terbang menuju Lombok lalu melanjutkan dengan kapal laut untuk menyebrang dari pelabuhan Lembar Mataram, menuju pulau Bali. Atau mending sekalian berlibur ke Lombok yah.
 

sumber: google map


Well, rute alternatif mana yang dipilih tergantung tujuan kita. Barangkali kita sudah punya janji dengan teman-teman yang ada di Bali, atau sudah punya program acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Yaa mau gak mau kan tetep kudu pergi ke Bali. Banyak juga even yang diselenggarakan di Bali mulai seminar berskala nasional hingga konferensi internasional, apalagi menjelang pergantian tahun dan pesta tahun baru. Pastinya bakal banyak orang yang punya pemikiran sama atau nyaris seragam, berupaya mencoba cara alternatif menuju pulau Bali. Pada dasarnya akses rute alternatif melalui jalan darat akan dilanjutkan dengan kapal melalui pelabuhan Gilimanuk di Banyuwangi. Waktu penyebrangannya sendiri sekitar satu jam. Dari pelabuhan Gilimanuk menuju pusat kota Bali atau Denpasar butuh waktu sekitar 3-4 jam. Nah jadwal keberangkatan kapal ini memang sudah terskedul, namun perlu diingat juga bahwa cuaca buruk seperti gelombang tinggi bisa menyebabkan penundaan pemberangkatan kapal penyebrangan. Mau gak mau kita terpaksa menunggu di pelabuhan. Intinya sih, dalam situasi terjadi bencana alam atau cuaca buruk  yang diluar kuasa manusia, kita kudu pasrah dan mengantisipasi beberapa hal, terutama waktu lama perjalanan pasti akan menjadi lebih panjang. Stok cemilan perlu diperbanyak nih.

sumber: pixabay
Jadwal pemberangkatan kapal ferry dari pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju pelabuhan Gilimanuk, Bali terjadwal setiap satu jam. Tiket penyebrangan bervariasi apakah pergi tanpa kendaraan, membawa kendaraan roda dua atau roda empat, termasuk rombungan bus. Harga tiket mulai 6500 Rupiah per orang untuk sekali penyebrangan. Bila kita memilih penerbangan via Mataram, Lombok. Setibanya di Mataram bisa melanjutkan perjalanan via pelabuhan Lembar, Mataram menuju pelabuhan Padang Bai, Bali dengan harga tiket mulai 46 ribu rupiah per orang. Beberapa teman saya yang ingin melanjutkan perjalanan dari Surabaya menuju Bali awal pekan ini, menggunakan jasa travel  atau bus pariwisata dikenai biaya sekitar 200 Ribu Rupiah per orang. Adapula jasa rental mobil khusus untuk drop ke Bali sekitar 2 juta hingga 2 koma 5 juta Rupiah untuk sekali keberangkatan dari Surabaya. Biaya ini sudah termasuk honor pengemudi dan bensin, hmm lumayan juga yah. Belum lagi, biaya-biaya tak terduga yang bisa muncul sepanjang perjalanan. Misal jadwal pemberangkatan kapal penyebrangan yang ditunda karena gelombang tinggi. Penundaan keberangkatan bisa berjam-jam atau seharian penuh tergantung kondisi cuaca. Artinya ada dana khusus yang kudu dialokasikan untuk tambahan dana konsumsi selama menunggu di pelabuhan. Jadi, kita mesti cermat menyiapkan dan menghitung pengeluaran yang mungkin timbul untuk berlibur ke Bali. 

Obyek Wisata Di Luar Zona Bahaya
Nah, terus di Bali kita bisa ngapain aja? Banyak tempat wisata yang lokasinya tidak berdekatan dengan Gunung Agung, dalam arti termasuk radius aman. Kita masih bisa jalan-jalan di sekitar pantai Kuta, Sanur, GWK dll. Saat Gunung Agung berada pada level Awas, kawasan sejauh sekitar radius 15 KM dari Gunung Agung termasuk zona bahaya. Kawasan wisata Pura Besakih termasuk dalam radius zona berbahaya sehingga kawasan Pura Besakih sempat ditutup untuk umum ketika status Gunung Agung terletak pada level Awas bulan Oktober lalu. Level Awas merupakan level keempat atau level tertinggi yang mengisyaratkan bahwa Gunung Agung bisa meletus sewaktu-waktu. Kawasan wisata Kintamani yang terletak di kabupaten Bangli juga sempat terkena dampak abu vulkanik. 

Wednesday, November 22, 2017

Dunia Digital Dimata Saya



Digital Life
Kehidupan masyarakat masa kini pasti tak terlepas dari internet. Terlebih, warga yang tinggal di kota besar pada umumnya selalu terhubung melalui internet. Saya sendiri lebih banyak menggunakan internet untuk mencari informasi yang relevan terkait pekerjaan sehari-hari, membantu mempercepat proses kerja dan saling berkorespondensi via email. Keberadaan internet maupun sistem digital sangat menunjang aktivitas manusia modern yang super sibuk, termasuk mempermudah penyelesaian pekerjaan. Di sisi lain, pertemuan secara fisik tetap diperlukan, karena manusia sebagai mahkluk sosial tetap membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Pertemuan secara fisik maupun pertemuan di dunia maya saling melengkapi satu sama lain dalam berbagai kegiatan bisnis.

sumber: pixabay

Bisnis Digital vs Bisnis Konvensional
Di era awal bisnis internet bermunculan pada tahun 2000an, dikenal istilah Internet Bubble. Dimana pada saat itu, bermunculan bisnis-bisnis baru berbasis internet dan banyak juga bisnis yang berguguran karena berbagai alasan. Saat ini digitalisasi bisnis merupakan hal mutlak. Konsumen bukan hanya sekedar bisa membeli makanan, membeli pakaian, memesan tiket hotel atau pesawat. Namun bisnis berbasis internet tumbuh di berbagai sektor kehidupan, seperti hadirnya model bisnis ojek online, mobil rental online, membeli pulsa ponsel secara online, dsb. Intinya bisnis berbasis internet semakin marak, semua orang seakan berlomba-lomba membuat bisnis online. Namun apakah bisnis online sudah berjalan dengan baik di semua lini? Rasanya sih belum semua berjalan sesuai harapan ya, tentu perlu evaluasi secara berkala. Bisnis yang semula hanya berupa toko fisik atau offline store kini mulai tergerus ceruk pasar bisnis online yang terus mengalami pertumbuhan. Tentu, semua jenis bisnis memiliki plus minus masing-masing.

sumber: shutterstock

Menurut saya, ada jenis produk yang cocok memiliki toko konvensional dan toko online bersamaan. Ada jenis bisnis yang hanya cocok memiliki toko konvensional atau sebaliknya ada bisnis yang hanya cocok memiliki toko online semata. Banyak hal tentu yang bisa menjadi pertimbangan. Saya pribadi terkadang menggunakan jasa bisnis online, hanya untuk beberapa produk atau jasa. Pada beberapa hal seperti produk pakaian, saya lebih memilih membeli ke toko konvensional sehingga saya bisa mencoba terlebih dahulu, apakah pas dan nyaman di tubuh. Rasanya, di masa depan bisnis online akan berkembang jauh lebih pesat dan bisnis konvensional (offline) tetap dibutuhkan untuk saling melengkapi keberadaan entitas bisnis. Tak dipungkiri, ada banyak kemungkinan jumlah pasar atau konsumen bisnis offline akan mengecil, dan berpindah ke pasar online. Perilaku konsumen dalam berbelanja memang kerap mengalami perubahan, khususnya dalam beberapa tahun terakhir. Kalau dipikir-pikir bentuk dari bisnis online  seperti proses metamorfosis, semula orang menjalankan business as usual, model bisnis dengan membuka toko lalu berubah menjadi bisnis online saja. Adapula entitas bisnis yang memiliki kedua bentuk toko offline dan online store.


Sistem Online dalam Bisnis Digital
Bisnis berbasis digital yang menerapkan pendaftaran online sudah terjadi di berbagai sektor, contohnya sistem antrean pasien. Di beberapa rumah sakit misalnya, sudah mulai menerapkan sistem online, dimana pasien dapat mendaftar melalui aplikasi media sosial dan pasien dapat segera mengetahui akan ditangani oleh dokter tertentu pada jam sekian. Namun apakah pelaksanaan sistem digital tsb sudah berjalan secara efektif dan efisien? Banyak hal yang perlu dievaluasi secara kontinu dan diperbaiki agar sistem bisnis berbasis digital berjalan lancar. Misal apakah ada petugas maupun staf yang didedikasikan untuk menangani keluhan konsumen secara khusus 24 jam? Atau setidaknya berdedikasi menangani media sosial perusahaan secara penuh saat jam kerja? Kenapa hal ini penting? kalau kita bicara masalah online atau bisnis berbasis digital, memang membawa serangkaian konsekuensi yang mesti dijalani sehingga bisnis yang dijalani memang sungguh-sungguh berbasis digital. Bukan sekedar berlabel digital saja, hanya karena perusahaan sudah memiliki website, dan aplikasi media sosial lainnya, lalu dirasa cukup? Apa jadinya bila konsumen sulit menghubungi staf atau perusahaan, dan pihak perusahaan lamban merespons. Tentu hal ini menjadi celah yang membuka potensi konsumen berpindah menggunakan jasa atau produk perusahaan lain. 
Saya jadi teringat ucapan dosen saya saat di bangku kuliah ilmu manajemen, bahwa terlibat dalam sosial media merupakan hal mutlak yang tak bisa dihindari bagi sebuah entitas bisnis. Namun, hal yang lebih penting adalah seberapa cepat respons perusahaan dalam menangani keluhan pelanggan maupun pertanyaan dari para konsumen di sosial media tsb. Semakin cepat merespons atau semakin cepat solusi terpenuhi akan membuat image atau citra perusahaan semakin positif, begitupula sebaliknya. Mengapa elemen responsif sangat penting? menurut saya, komunikasi dua arah antara perusahaan dengan konsumen atau pelanggannya adalah hal mendasar yang wajib dimiliki untuk kesuksesan bisnis siapapun. 

sumber: shutterstock

Contoh lain penerapan sistem online di sektor pelayanan publik. Sistem pembuatan paspor saat ini dilakukan via pendaftaran online di situs tertentu atau pendaftaran via whatsapp. Pengalaman rekan kerja saya yang beberapa kali mencoba mendaftar ke kantor imigrasi di kota Jakarta melalui sistem online selalu gagal, selalu muncul jawaban kuota penuh. Teman saya akhirnya berhasil mendaftar via whatsapp dengan jadwal tersedia sekitar satu setengah bulan mendatang, di imigrasi kota Bogor. Bayangkan, ketika jumlah lonjakan konsumen dalam hal ini para calon pembuat paspor membludak sementara jumlah kuota harian terbatas, memicu antrean panjang. Saat juga belum tahu persis apakah sistem ini sudah berjalan efektif? Ketika konsumen mau tak mau “terpaksa” mendaftar secara online atau via aplikasi dan tak ada pilihan untuk antre langsung atau sistem “walk in”. Lalu bagaimana yaa nasib masyarakat yang mungkin memiliki keperluan mendesak, dan harus segera membuat paspor?
 

Response Your Consumer A.S.A.P
Menurut saya, seberapa cepat atau seberapa responsif tim dari sebuah entitas bisnis menangani atau menanggapi keluhan konsumennya menjadi hal krusial.  Bagaimana pihak perusahaan berinteraksi dengan pelanggannya sesegera mungkin alias as soon as possible, That’s the key of future bisnis. Bukan hanya soal keluhan saja. Saya amati banyak entitas bisnis menyelenggarakan serangkaian lomba atau kuis melalui platform digital atau media sosial resmi perusahaan seperti twitter, instagram, facebook. Namun rasanya belum semua perusahaan bisa memproses pengumuman dan pemberian hadiah bagi para pemenangnya secara cepat. Meski perusahaan tak menjanjikan dalam kurun waktu tertentu, saya berpendapat sesegera mungkin akan lebih baik. Bagaimanapun penyelenggaraan lomba adalah salah satu upaya untuk meningkatkan citra perusahaan dan branding merek produk. Rasanya waktu tunggu 1 bulan bisa menjadi batas waktu maksimal bagi konsumen menantikan hadiah yang tak kunjung tiba. Terkadang pihak perusahaan tak memberi pengumuman sama sekali, seperti informasi proses pemberian hadiahnya. Padahal,  hal yang terlihat sepele ini sama pentingnya dengan merespon pelanggan yang ingin membeli produk atau jasa. Hal mendasar, dalam sebuah bisnis setiap kegiatan atau kebijakan perusahaan yang diumumkan ke publik, selalu diamati para konsumennya. Menurut saya, sebaiknya, ketika mengadakan even atau lomba, pihak penyelenggara perlu memberi kepastian waktu bagi konsumen. Apalagi konsumen zaman sekarang semakin kritis, banyak cara bagi konsumen komplain atau menyampaikan uneg-uneg mereka. Kuncinya, lagi-lagi masalah komunikasi. Perusahaan bisa menggunakan bahasa sederhana yang umum dipakai sehari-hari, seperti mohon bersabar hadiah akan kami proses dalam waktu 3 hari atau dalam waktu seminggu. Hal semacam ini tentu akan membuat konsumen nyaman dan tidak bertanya-tanya. Jangan sampai konsumen menunggu kepastian datangnya hadiah atau pengumuman itu seperti rasanya “digantung” serasa menunggu jawaban pacar saat diajak menikah hehe.

sumber: pixabay